Rabu, 14 Juli 2010

POTENSI SUMBERDAYA ALAM "PATONGLOAN"

Komunitas adat Patongloan berada pada wilayah paling utara dalam administrasi Kecamatan Baroko, Kab. Enrekang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Patongloan berada sekitar 30 km dari ibukota kabupaten Enrekang dan sekitar 300 km dari Makassar ibukota Propinsi Sulawesi-Selatan. Secara tofografi wilayah adat Patongloan berada pada ketinggian 700 sd 1500 m dpl dengan relif wilayah pegunungan dengan iklim yang dingin dan sejuk. Tingkat kesuburan tanah sangat bagus yang memungkinkan daerah ini sangat potensial untuk mengembangkan komoditi pertanian,hal ini ditunjang oleh sebagian besar masyarakat adatnya bermata pencaharian sebagai petani, terutama tanaman perkebunan, hortikultura dan padi (dalam jumlah yang sedikit). Desa Patongloan dan beberapa desa yang ada pada wilayah Kecamatan Baroko dan Kecamatan Alla merupakan pensuplai terbesar untuk kebutuhan sayur-sayuran di sebagian besar wilayah Indonesia Timur, khususnya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur.
Jenis komoditi yang dikembangkan masyarakat adalah Kopi, Cengkeh, Kakao, sayur-sayuran dan padi (dalam jumlah yang kecil).Khusus untuk tanaman perkebunan musim panennya berlangsung sekali dalam satu tahun, berbeda dengan tanaman hortikultura (sayur-sayuran) yang panen setiap tiga bulan sekali atau bahkan kurang dari itu, sementara untuk tanaman padi bisa diusahakan dua kali dalam setahun dengan masa panen empat bulan sekali tetapi sangat tergantung pada keadaan cuaca karena merupakan sawah tadah hujan jadi harus menunggu musim hujan. Pengelolaan pertanian dilakukan dengan cara semi modern yang mana sebagian besar secara modern dan sebagian yang lain secara tradisional, secara modern dapat dilihat dari segi penggunaan alat-alat pertanian seperti traktor, pestisida sintetik, pupuk kimia dalam jumlah yang berlebihan, bibit hibrida dari DepTan, sementara pengelolaan secara tradisional dilihat dari penggunaan pupuk kandang (kotoran ternak) dan pelestarian komoditi lokal. Hasil yang diperoleh sangat melimpah (kopi dan sayur-sayuran) sehingga masyarakat membutuhkan penanganan yang tepat khususnya dalam hal pemasaran.
Pemerintah Kab. Enrekang telah menyiapkan pasar khusus untuk penjualan hasil komoditi dari petani (Terminal Regional Agribisnis, Sudu, Kab. Enrekang) tetapi petani mengeluhkan kondisi pasar tersebut terutama terhadap pedagang yang seenaknya sendiri mematok harga yang sangat tidak sesuai dengan keinginan petani dan bahkan harga yang dipatok tersebut seringkali sangat jauh dibawah standar dari harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, sehingga petani merasa sangat dirugikan. Ada juga beberapa pedagang yang langsung datang ke petani untuk membeli hasil komoditinya tapi tetap memasang harga dibawah standar dengan alasan harus memperhitungkan biaya pengangkutan. Kondisi semacam ini sangat memberatkan masyarakat mengingat besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses mulai dari pengolahan tanah sampai panen tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena kebijakan yang tidak berpihak kepada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar