Rabu, 14 Juli 2010

MENCARI BUKTI EMISI KARBON (perubahan iklim)

(dikutip dari MEDIA INDONESIA)
Sebagai negara tropis yang memiliki kawasan hutan paling luas, Indonesia dituding sebagai pencemar terbesar Gas Rumah Kaca, terutama akibat akibat praktek pembukaan lahan dan hutan. Untuk dapat membantah ketidakbenaran pernyataan tersebut, Indonesia berusaha mengukur emisi karbonnya.

Riset mengenai perubahan iklim yang dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran dampak yang ditimbulkan, seperti naiknya permukaan air laut,munculnya bencana alam yang semakin sering (banjir, tanah longsor, kekeringan dan badai) kekerapan kejadian cuaca yan ektrim dan timbulnya berbagai penyakit.
Menurut Dwi Soesanto, peneliti senior di Lamont Doherty Earth Observatory Of Columbia University New York Amarika Serikat, salah satu cara untuk mengetahui kondisi iklim dari ribuan tahun lalu dapat dilakukan dengan meneliti lapisan es.
Sejarah iklim dan bencana alam , jelas peneliti geologi di pusat penelitian GeoteknologiLembaga Ilmu Penelilian Indonesia (LIPI), Wahjoe S Hantoro, juga dapat diketahui secara tak langsung dari lingkungan dalam pohon kayu, terumbu karang, cangkang, lapisan batuan, sedimen didanau dan laut dalam hingga stalaktit dan stalakmit di gua kapur.
Sedimen laut dalam dan danau pernah diambil diteluk Cenderawasih dan danau Hogayaku di Papua. Pengambilan sedimen laut dalam dilakukan dengan melibatkan peneliti Jerman menggunakan kapal Sonne dan peneliti Prancis menggunakan kapal Marion Dufresne.

ES DI DAERAH TROPIS
Namun penelitian sedimen pada lapisan es di daerah tropis, kata Dwi, merupakan sesuatu hal yang sangat langkah. Hanya ada tiga tempat daerah tropis yaitu di Kilimanjoro_ Tanzanai, Andres_Peru dan puncak Jaya Wijaya_Papua. Bahkan lapisan es dipuncak Jaya Wijaya itu merupaka satu-satunya di dunia yang terletak di pusat kolam panas Lautan Pasifik barat. Lapisan es itu berada pada ketinggian 4.884 meter diatas permukaan laut (dpl).
Penelitian awal dipuncak Jaya Wijaya menunjukkan tutupan esitu telah berkurang 78% sejak tahun 1936 hingga tahun 2006. Walaupun secara umum luas tutupan es berkurang setiap tahun, tetapi antara tahun 1997 sampai tahun 2000 ada beberapa lokasi yang mengalami penambahan. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, kata Dwi.
Pantauan terakhir menunjukkan lapisan es di Puncak Jaya Wijaya sudah menipis tajam, diperkirakan akibat pemanansan global. Dalam beberapa dekade kedepan mungknlapisan itu akan hilang, yang penah menjadi peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Hal itulah yang mendasari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan pusat riset Es Ohio State University dan Lamont_Doherty Earth Obsevatory of Columbia University serta Freeport Indonesia malakukan riset untuk menganalisis lapisan es tersebut guna mengetahui sejarah iklim. Ekspedisi dimulai pertengan mei 2010 selama sebulan.
Pengeboran lapisan es dilakukan dibeberapa titik di tiga cakupan es di Puncak Jaya Wijaya. Wahjoe yang juga mengikuti ekspedisi itu mengungkapkan, pengambilan sampel dilakukan di tiga danau yaitu di Danau Hijau, Danau Biru dan Danau Ketel.
Hasil analisa dilaboratorium diharapkan dapat menjawab sejarah pemanasan diwilayah Indonesia dan percepatan perubahannya serta variasinya. Hasil penelitian ini bisa dibandingkan dengan hasil-hasil dari lapisan es ditempat lain.
Tim Ohio State University sudah melakukan penelitian di Puncak Andres_Peru pada juli 2009 dengan meneliti lapisan es di puncak Papua dan Andres. Dari pantauan itu dapat menangkap terjadinya ayunan atau variasi perubahan iklim antara La Nina dan El Nino sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut perkiraan perubahan cakupan es di Puncak Papua da Andres dipengaruhi oleh anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik saat terjadi La Nina dan El Nino.
Lapisan es diperkirakan dalam mengungkap kondisi iklim masa lalu karena proses pembentukannya dipengaruhi oleh suhu pada saat itu, serta menyimpan semua yang ada dipermukannnya misalnya debu dan partikel kimia di udara. Karena itulapisan es bisa dibayangkan bagaikan kue lapis dimana tiap lapisannya akan mengungkapkan kondisi iklim, suhu udara dan kandungan kimia yang ada saat itu.
Bahkan apabila ada letusan gunung merapi pada saat itu debunya tersimpan dilapisan es ini sehingga dapat diketahui kapan sebuah gunung meletus. Dari penelitian itu bisa diketahui percepatan perubahan percepatan atau pendinginan di Papua dan Peru yang berada disepanjang garis katulistiwa. Kita juga akan mengetahui apakah benar El Nino zaman dulu lebih jarang terjadi dibanding pada abat sekarang ini.
Penelitian lapisan es di Puncak Jaya Wijaya merupakan konstribusi Indonesia terhadap penelitian iklim dunia. hal itu karena lapisan es di Papua Indonesia dan di Andres Peru akan mengungkap sejarah iklim dunia sejak ribuan tahun yang lalu dan diharapkan akan sangat membantu dalam memprediksi iklim yang akan datang.

MENELITI KARBON
Pengukuran kandungan karbon ditanah dan kandungan karbon yang dilepaskan keudara juga menjadi objek penelitian di Indonesia. untuk ini BPPT bekerja sama dengan Lembaga Riset Jepang untuk riset karbon di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada Agustus nanti, pengukuran emisi karbon itu dilakukan di lahan gambut. Demikian M.Evri, pakar penginderaan jauh dari BPPT. Untuk mengetahui deposit karbon ditanah dan pepohonan digunakan alat Albometik, sedangkan pengukuran Gas Rumah Kaca dilapisan udara tengah menggunakan Dropsonde yang dijatuhkan dari pesawat terbang. Dropsonde itu dipasangi sensor pengukur gas-gas rumah kaca termasuk karbon.
Pengukuran dilapisan udara atas menggunakan satelit Greenhouse Gases Observation Satellite (Gosat) buatan Jepang yang diluncurkan 23 Januari 2009. Untuk mengukur emisi gas-gas rumah kaca, satelit optik ini dilengkapi sensor “Thermal and Near Infrared Sensor for Carbon Observation (Tanso) yang dirancang Inoue, gen pakar penginderaan jauh dari Jepang. Penelitian karbon di Indonesia akan dipimpin oleh Evri, seorang doktor dari universitas Gifu Jepang dibidang penginderaan jauh. Penelitian dinamika karbon diatmosfer akan dilakukan dengan “hiperspektral”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar