Minggu, 25 Juli 2010

eT@noL m@hAL d@n tiD@K eFEktiP

(diposting dari Media Indonesia, 25/7/10)
Sudah beberapa ahli mengatakan etanol menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca lebih besar dari pada bensin. Kini deret kelemahan etanol untuk mengantisipasi perubahan iklim makin panjang dengan kajian terbaru Congressional Budget Office (CBO), salah satu agen federal AS. Sebagaimana dimuat disitus
lingkungan www.grist.org, CBO menilai bahwa penggunaan etanol sebagai cara yang mahal untuk mengurangi emisi.
Mereka memperhitungkan dari pajak yang dipungut untuk mendukung industri etanol yang diberlakukan di AS. Melalui hitungannya, tiap metrik ton karbon yang dicegah untuk dilepaskan ke atmosfer harus dibayar US$750. Sementara dengan mekanisme carbon offset, hanya dibutuhkan biaya US$13. Etanol juga nyatanya tidak ramah lingkungan karena membutuhkan banyak energi untuk mengkonversi gantang jagung menjadi bahan bakar.
Pabrik etanol juga menggunakan gas alam dan batu bara. Meski disebut energi bersih, proses reka hidrolik atau fracking yang dilakukan untuk produksi gas alam juga membahayakan lingkungan.

MENGHIDUPKAN BUDAYA KESULTANAN BANJAR

(diposting dari Media Indonesia, 25/7/10)
Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar, kalimantan Selatan, akan menghidupkan kembali budaya kesultanan yang tenggelam sejak zaman penjajahan. Upaya menghidupkan kembali kesultanan bukan berarti menghidupkan sistem feodalisme masa lampau tetapi hanya dijadikan sebagai upaya untuk menggali, melestarikan dan mengenalkan kembali nilai-nilai kearifatn dan budaya Kesultanan Banjar.
Bagi kota Martapura, upaya ini sangat dibutuhkan karena pada masanya pusat Kesultanan Banjar berkembang di kawasan Martapura, sehingga para keturunannya diharapkan bisa bersatu untuk menhidupkan budaya yang sudah ditinggalkan cukup lama.
Ketua Forum Silaturrahmi Keraton se-Nusantara (FKSN) wilayah Kalimantan Selatan, Gusti Khaerul Saleh mengatakan seluruh pemangku adat Banjar se-Kalimantan Selatan harus proaktif dalam rangka melestarikan budaya leluhur bangsanya yang sengaja dipunahkan oleh pihak asing.

Jumat, 23 Juli 2010

"UCAPANMU DO'AMU"

perkataan adalah do'a...jangan sembarang mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas...tidak semestinya...bisa jadi itulah yang akan terjadi dalam kehidupan kamu(pesan mama untuk saya yang tidak akan saya lupakan sampai akhir hayat)

Kamis, 15 Juli 2010

pEnUtuR y@nG ki@N tErGu5Ur

16 Jul 2010 Media Indonesia
Aries Munandar

Keberagaman bahasa lokal bagai mozaik dalam khazanah budaya Kalimantan Barat. Namun, keberagaman bahasa tersebut kini terancam ditinggal para penutur.

POSTER berukuran 12 meter persegi terpampang di satu sudut ruang Insti tut Dayakologi, terlihat mencolok di antara pernik dan poster lain yang menghiasi dinding bercat putih tersebut. Poster hitam itu menerangkan lokasi sebaran komunitas adat Dayak di Kalbar, hasil pemetaan tim peneliti dari Institut Daya-kologi dan Pemberdayaan Pengelolaan Sumber Daya Alam Kerakyatan CPPSDAK) Paiicur Kasih. Kedua lembaga swadaya masyarakat yang berkedudukan di Pontianak, Kalbar, ini memang bergerak di bidang penelitian dan pemberdayaan masyarakat adat Dayak.

Terdapat 151 subsuku Dayak yang bermukim di Kalbar. Mereka masih terbagi lagi menjadi 100 komunitas adat yang memi-liki 168 (varian) bahasa," kata Sujami Alloy, salah satu anggota tim peneliti. Peta tematik mengenai sebaran subsuku Dayak Kalbar ini pertama kali dipublikasikan awal April 2008, bersamaan dengan peluncuran buku Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku dan Baliasa Dayak di Kalimantan Barat buah karya Sujarni, Chatarina Pancer Istiani, dan Albertus..

Beberapa pemerhati dan peneliti etnologi menyebut buku hasil penelitian tersebut sebagai masterpiece (mahakarya) karena menjadi satu-satunya terbitan yang memetakan keberagaman subsuku dan bahasa Dayak di Kalbar secara lengkap.

Terancam punah

Para pakar etnolinguistik mengelompokkan keragaman bahasa Dayak di Kalbar dalam enam rumpun yakni Melayik, Ibanik, Bidayuhik, Tamanik, JKayanik, dan Uud Danumik (Ot Danumik). Tidak semua varian atau jenis bahasa Dayak di Kalbar itu tumbuh dan berkembang sebagaimana bahasa daerah lainnya. Beberapa varian bahasa penduduk asli Pulau Kalimantan itu kini berada di ambang kepunahan karena kelangkaan penutur.

"Berdasarkan standar dari UNESCO, bahasa yang penuturnya di bawah 1.000 orang dikategorikan sebagai bahasa yang terancam punah," ujar Sujarni. Bahasa lokal yang terancam punah itu antara lain bahasa Sekajang,dan bahasa Kolangan. Sekajang adalah bahasa sehari-hari etnik Dayak dari subsuku Sekajang.

Penutur bahasa ini diperkirakan hanya tinggal 289 orang. Mereka menetap di satu kampung di perhuluan Sungai Sekayam, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau. Sementara itu, penutur bahasa Kolangan menetap di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Kolangan di Kampung Ledan, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang. Penutur bahasa Kolangan saat ini diperkirakan hanya tinggal satu orang.

"Mungkin sekarang sudah tidak ada lagi penuturnya karena satu-satunya penutur bahasa Kolangan yang kami temui ketika itu sudah berusia lanjut. Adapun anak-cucunya menggunakan bahasa Dohoy dalam percakapan sehari-hari," jelas Sujarni.

Selain bahasa Sekajang dan Kolangan, masih terdapat puluhan jenis bahasa lainnya yang bernasib serupa. Tercatat sebanyak 27 jenis bahasa di subsuku Dayak di Kalbar terancam punah karena mulai ditinggalkan para penuturnya. Banyak faktor yang menjadi penyebab ancaman kepunahan bahasa lokal. Mulai dari pengaruh modernisasi, tingkatpendidikan, penyebaran agama, migrasi penduduk, hingga kerusakan alam.

"Penggunaan kosakata yang berhubungan dengan ekologi, seperti penamaan satwa dan tumbuhan banyak yang hilang, seiring laju kerusakan lingkungan. Kondisi ini lambat laun akan berdampak terhadap eksistensi sebuah bahasa daerah," kata peneliti Balai Bahasa Kalbar Dedi Ary Aspar.

Kearifan lokal

Kepunahan bahasa daerah di Kalbar sesungguhnya bukan lagi ancaman. Sebab, sudah ada jenis-jenis bahasa yang benar-benar punah karena tidak ada lagi penutur. Bahasa Embau salah satunya. Bahasa yang dituturkan suku Embau yang bermukim di sepanjang Sungai Embau, Kabupaten Kapuas Hulu, itu diperkirakan sudah hilang dari peradaban sejak akhir abad ke-19. Subsuku

Dayak tersebut beralih ke bahasa Melayu Kapuas Hulu dalam percakapan sehari-hari seiring masuknya ajaran Islam. Menurut Dedi, ancaman kepunahan bahasa juga terjadi di komunitas Melayu di pedalaman Kalbar. Ia lantas mencontohkan bahasa Cali di Kabupaten Ketapang yang penuturnya saat ini diperkirakan tidak lebih dari 500 orang.

"Orang Cali banyak yang malu menggunakan bahasa asli mereka karena dianggap aneh dan berbeda dengan varian bahasa Melayu di Ketapang pada umumnya," jelas Dedi. Ancaman kepunahan bahasa tidak bisa dianggap remeh mengingat bahasa merupakan sa,tu unsur terpenting dalam sebuah kebudayaan. Kepunahan sebuah bahasa berarti punah pula identitas sebuah budaya. Ini berarti hilang pula satu warisan multikultural di Tanah Air.

"Bukan hanya (seni) sastra yang hilang, melainkan juga ilmu pengetahuan. Pengetahuan tentang sumber daya hutan, ikatan sejarah, dan hubungan kekerabatan antarsuku serta berbagai pengetahuan sosial lainnya," kata pakar etnolinguistik dari Northern Illinois, Amerika Serikat, Jim Collins.

Hilangnya ilmu pengetahuan yang menyertai kepunahan sebuah bahasa itu berdampak terhadap pelestarian kearifan lokal. Sebab, tidak ada lagi yang bisa dijadikan rujukan karena kepunahan bahasa juga ikut memberangus keberadaan sastra lisan yang menjadi salah satu sumber kearifan lokal. "Ikatan leluhur yang menjamin kerukunan masyarakat akan hilang karena bahasa yang menyampaikan tradisi itu sudah tidak ada," ungkap Collins. (N-4)aris@mediaindonesia.com

MANA DULUAN...AYAM ATAU TELUR....???

VIVAnews-Kamis, 15 Juli 2010
Para ilmuwan berhasil menjawab salah satu tebak-tebakan tertua di dunia, mana yang lebih dulu, ayam, atau telur?

Melalui komputer super, tim dari Universitas Sheffield dan Warwick, Inggris menemukan jawabannya. Apakah itu? Ayam.

Kepada laman Harian The Sun, ketua tim peneliti menjelaskan bagaimana mereka berhasil memecahkan teka-teki tersebut.

"Apa yang kami temukan adalah 'kecelakaan' yang menyenangkan. Awalnya, tujuan penelitian kami adalah menemukan bagaimana binatang membuat cangkang telur."

Menurutnya, selama ini, masyarakat telah menganggap remeh ayam. Kami tidak menyadari proses luar biasa yang ditunjukan para ayam dalam proses pembuatan telur.

"Sadarkah Anda, ketika memecahkan kulit telur rebus di pagi hari, Anda sedang menyaksikan salah satu material luar biasa di dunia."

Cangkang telur memiliki kekuatan sangat luar biasa, meski beratnya sangat ringan. Manusia tak bisa membuat benda seperti itu, bahkan yang mendekatinya.

"Masalahnya, kita tak tahu bagaimana ayam membuat cangkangnya."

Tim peneliti lalu menggunakan komputer super milik Dewan Riset Sains Inggris (UK Science Research Council) yang berbasis di Edinburgh. Komputer itu dinamakan HECToR (High End Computing Terascale Resource).

"Kami ingin menelusuri bagaimana telur terbentuk, dengan melihat proses detail telur secara mikroskopis."

Yang pertama dicari adalah, mengetahui 'resep' yang digunakan ayam untuk membuat cangkang telur.

"Dengan bantuan komputer canggih, Kami memecahkan masalah ini selama berminggu-minggu. Sementara, ayam bisa menyusun cangkang itu hanya dalam semalam."

Lucunya, pemilihan cangkang telur ayam sebagai fokus penelitian benar-benar tak disengaja. Para peneliti memilih telur ayam karena proteinnya sederhana untuk ditelaah.

Namun hasilnya ternyata sangat mengejutkan. "Kami memecahkan teka-teki sepanjang masa. Ini mengagumkan."

Hasilnya, ditemukan protein khusus yang ada di tubuh ayam. Protein itu adalah adalah 'tukang bangunan' tanpa lelah, menyusun bagian-bagian cangkang mikroskopis membentuk cangkang telur.

Protein itu menginisiasi proses pembentukan cangkang sebelum menyusun bagian telur yang lain.

Tanpa protein pembangun tersebut, telur tak mungkin terbentuk. Dan, protein itu hanya ditemukan di rahim ayam. "Itu berati ayam ada duluan sebelum telur."

Tapi, dari mana ayam berasal?

Beberapa teori mengatakan, nenek moyang ayam menciptakan telur zaman Dinosaurus.

"Penemuan kami sangat potensial. Sebab, cangkang telur dibentuk dari banyak kristal kecil. Kita bisa menggunakan informasi ini untuk mengetahui cara membuat dan menghancurkan struktur kristal lainnya."

Sebagai contoh, untuk menghilangkan kerak di ceret maupun pipa. Penelitian ini juga berimplikasi medis.

"Karena tubuh kita menggunakan metode yang sama untuk membuat gigi dan tulang, kita bisa belajar lebih banyak tentang bagaimana membangun kembali tulang manusia."

Rabu, 14 Juli 2010

JANGAN KUBUR KASUS CENTURY

(dikutip dari Media Indonesia, Kamis 15 Juli 2010)
Kita tidak pernah bosan mempertanyakan sekaligus mengingatkan proses penanganan bailout Bank Century. itulah sebabnya kita sadar bahwa memori kolektif bangsa ini masih teramat pendek.
Memori yang pendek jelas berbahaya bagi penegakan hukum di negeri ini. Begitu tidak ada yang mengingatkan perjalanan sebuah kasus, penanganan kasus tersebutpun akan menjadi kabur atau dikaburkan lalu lama-lama menghilang tanpa bekas.
Kondisi seperti inilah yang kini mulai menimpah penanganan kasus Bank Century. Sudah empat bulan sejek DPR memvonis bahwa kebijakan bailout Bank Century bermasalah pada 3 Maret lalu, hingga kini hawa penyelidikannya kian semilir.
Komisi Pemberantasa korupsi (KPK) dan Kejaksaan Agung yang diharapkan gesit mengusut kasus Century ikut-ikutan masuk angin. Kesimpulan sementara KPK dan Kejaksaan Agung dalam dana talangan terhadap Bank Century telah mengecewakan publik.
Timpengawas DPR yang berugas mengawal kasus Bank Century tidak juga bersuara lagi. jika sudah demikian para pemangku hukum dan poitik di negara ini telah secara sistematik dan terstruktur berupaya megubur dalam-dalam kasus Century.
Mereka benar-benar memanfaatkan pendeknya memori kolektif kita. karena itulah kita harus terus mempertanyakan, mengingatkan dan menggugat kelanjutan kasus Century.
Semuanya agar akal sehat kita tidak terus dikalahkan.

MENCARI BUKTI EMISI KARBON (perubahan iklim)

(dikutip dari MEDIA INDONESIA)
Sebagai negara tropis yang memiliki kawasan hutan paling luas, Indonesia dituding sebagai pencemar terbesar Gas Rumah Kaca, terutama akibat akibat praktek pembukaan lahan dan hutan. Untuk dapat membantah ketidakbenaran pernyataan tersebut, Indonesia berusaha mengukur emisi karbonnya.

Riset mengenai perubahan iklim yang dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran dampak yang ditimbulkan, seperti naiknya permukaan air laut,munculnya bencana alam yang semakin sering (banjir, tanah longsor, kekeringan dan badai) kekerapan kejadian cuaca yan ektrim dan timbulnya berbagai penyakit.
Menurut Dwi Soesanto, peneliti senior di Lamont Doherty Earth Observatory Of Columbia University New York Amarika Serikat, salah satu cara untuk mengetahui kondisi iklim dari ribuan tahun lalu dapat dilakukan dengan meneliti lapisan es.
Sejarah iklim dan bencana alam , jelas peneliti geologi di pusat penelitian GeoteknologiLembaga Ilmu Penelilian Indonesia (LIPI), Wahjoe S Hantoro, juga dapat diketahui secara tak langsung dari lingkungan dalam pohon kayu, terumbu karang, cangkang, lapisan batuan, sedimen didanau dan laut dalam hingga stalaktit dan stalakmit di gua kapur.
Sedimen laut dalam dan danau pernah diambil diteluk Cenderawasih dan danau Hogayaku di Papua. Pengambilan sedimen laut dalam dilakukan dengan melibatkan peneliti Jerman menggunakan kapal Sonne dan peneliti Prancis menggunakan kapal Marion Dufresne.

ES DI DAERAH TROPIS
Namun penelitian sedimen pada lapisan es di daerah tropis, kata Dwi, merupakan sesuatu hal yang sangat langkah. Hanya ada tiga tempat daerah tropis yaitu di Kilimanjoro_ Tanzanai, Andres_Peru dan puncak Jaya Wijaya_Papua. Bahkan lapisan es dipuncak Jaya Wijaya itu merupaka satu-satunya di dunia yang terletak di pusat kolam panas Lautan Pasifik barat. Lapisan es itu berada pada ketinggian 4.884 meter diatas permukaan laut (dpl).
Penelitian awal dipuncak Jaya Wijaya menunjukkan tutupan esitu telah berkurang 78% sejak tahun 1936 hingga tahun 2006. Walaupun secara umum luas tutupan es berkurang setiap tahun, tetapi antara tahun 1997 sampai tahun 2000 ada beberapa lokasi yang mengalami penambahan. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut, kata Dwi.
Pantauan terakhir menunjukkan lapisan es di Puncak Jaya Wijaya sudah menipis tajam, diperkirakan akibat pemanansan global. Dalam beberapa dekade kedepan mungknlapisan itu akan hilang, yang penah menjadi peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Hal itulah yang mendasari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan pusat riset Es Ohio State University dan Lamont_Doherty Earth Obsevatory of Columbia University serta Freeport Indonesia malakukan riset untuk menganalisis lapisan es tersebut guna mengetahui sejarah iklim. Ekspedisi dimulai pertengan mei 2010 selama sebulan.
Pengeboran lapisan es dilakukan dibeberapa titik di tiga cakupan es di Puncak Jaya Wijaya. Wahjoe yang juga mengikuti ekspedisi itu mengungkapkan, pengambilan sampel dilakukan di tiga danau yaitu di Danau Hijau, Danau Biru dan Danau Ketel.
Hasil analisa dilaboratorium diharapkan dapat menjawab sejarah pemanasan diwilayah Indonesia dan percepatan perubahannya serta variasinya. Hasil penelitian ini bisa dibandingkan dengan hasil-hasil dari lapisan es ditempat lain.
Tim Ohio State University sudah melakukan penelitian di Puncak Andres_Peru pada juli 2009 dengan meneliti lapisan es di puncak Papua dan Andres. Dari pantauan itu dapat menangkap terjadinya ayunan atau variasi perubahan iklim antara La Nina dan El Nino sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut perkiraan perubahan cakupan es di Puncak Papua da Andres dipengaruhi oleh anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik saat terjadi La Nina dan El Nino.
Lapisan es diperkirakan dalam mengungkap kondisi iklim masa lalu karena proses pembentukannya dipengaruhi oleh suhu pada saat itu, serta menyimpan semua yang ada dipermukannnya misalnya debu dan partikel kimia di udara. Karena itulapisan es bisa dibayangkan bagaikan kue lapis dimana tiap lapisannya akan mengungkapkan kondisi iklim, suhu udara dan kandungan kimia yang ada saat itu.
Bahkan apabila ada letusan gunung merapi pada saat itu debunya tersimpan dilapisan es ini sehingga dapat diketahui kapan sebuah gunung meletus. Dari penelitian itu bisa diketahui percepatan perubahan percepatan atau pendinginan di Papua dan Peru yang berada disepanjang garis katulistiwa. Kita juga akan mengetahui apakah benar El Nino zaman dulu lebih jarang terjadi dibanding pada abat sekarang ini.
Penelitian lapisan es di Puncak Jaya Wijaya merupakan konstribusi Indonesia terhadap penelitian iklim dunia. hal itu karena lapisan es di Papua Indonesia dan di Andres Peru akan mengungkap sejarah iklim dunia sejak ribuan tahun yang lalu dan diharapkan akan sangat membantu dalam memprediksi iklim yang akan datang.

MENELITI KARBON
Pengukuran kandungan karbon ditanah dan kandungan karbon yang dilepaskan keudara juga menjadi objek penelitian di Indonesia. untuk ini BPPT bekerja sama dengan Lembaga Riset Jepang untuk riset karbon di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada Agustus nanti, pengukuran emisi karbon itu dilakukan di lahan gambut. Demikian M.Evri, pakar penginderaan jauh dari BPPT. Untuk mengetahui deposit karbon ditanah dan pepohonan digunakan alat Albometik, sedangkan pengukuran Gas Rumah Kaca dilapisan udara tengah menggunakan Dropsonde yang dijatuhkan dari pesawat terbang. Dropsonde itu dipasangi sensor pengukur gas-gas rumah kaca termasuk karbon.
Pengukuran dilapisan udara atas menggunakan satelit Greenhouse Gases Observation Satellite (Gosat) buatan Jepang yang diluncurkan 23 Januari 2009. Untuk mengukur emisi gas-gas rumah kaca, satelit optik ini dilengkapi sensor “Thermal and Near Infrared Sensor for Carbon Observation (Tanso) yang dirancang Inoue, gen pakar penginderaan jauh dari Jepang. Penelitian karbon di Indonesia akan dipimpin oleh Evri, seorang doktor dari universitas Gifu Jepang dibidang penginderaan jauh. Penelitian dinamika karbon diatmosfer akan dilakukan dengan “hiperspektral”.

I loVe yOu But I hAte YoU

ya Allah... knapa aq gak bisa lupa ma dia...God pleace help me..!!
now I have been with someone else ... but the shadow he is always present in my mind ... I can honestly admit that until now I can not forget him ... I still love her ... but I do not want to hurt someone loves me although I did not love her ... if I'm wrong ..!!! God ... help me to forget him ... although I have to broken heart ...!!!

FREEPORT PRODUKSI URANIUM SECARA DIAM-DIAM

Antara - Rabu, 14 Juli 2010
Jayapura (ANTARA) - Freeport diduga menggali bahan baku uranium secara diam-diam sejak delapan bulan silam, kata Yan Permenas Mandenas S.Sos Ketua Fraksi Pikiran Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua kepada ANTARA di Jayapura, Selasa, di ruang kerjanya."Kegiatan ini dilakukan secara tersembunyi dan telah berlangsung cukup lama," ungkapnya yang juga anggota Komisi C DPRDP.

Ia menambahkan, Freeport telah mencuri hasil kekayaan masyarakat Papua dan membohongi pemerintah dengan hasil tambang yang disalurkan lewat jaringan pipa-pipa bawah tanah."Selain emas, uranium juga diproduksi oleh FreeporT. Informasi ini menurutnya, didapatkan dari sejumlah masyarakat dan karyawan Freeport di Timika. "Selain karyawan dan masyarakat, saya juga mendapat laporan dari sumber yang dapat dipercaya," tandasnya.

Hal ini sangat disayangkan mengingat pajak yang didapatkan dari perusahaan emas terbesar didunia ini, hanya berjumlah Rp30 milyar pada tahun lalu. Mandenas juga mengeluhkan, bahwa dewan belum bisa bergerak karena terkendala masalah klasik, yaitu belum ada alokasi dana untuk turun ke lapangan.

KERUSAKAN HUTAN DI KALIMANTAN TIMUR MAKIN PARAH

Liputan6.com, Jakarta: Kerusakan hutan di Kalimantan Timur saat ini makin mengkhawatirkan. Dari pertemuan Satgas Mafia Hukum bersama Kementerian Kehutanan terungkap tentang kawasan hutan yang beralih fungsi di provinsi ini mencapai satu juta hektare lebih.

Anggota Satgas Mafia Hukum Mas Achmad Santosa di Jakart, mengatakan ada 225 kasus pembukaan lahan seperti perkebunan dan pembukaan tambang tanpa izin. Proses hukum atas kasus pelanggaran itu sudah dilakukan namun hasilnya tidak memadai, vonis pengadilan yang hanya tiga bulan bagi alih fungsi lahan secara ilegal. Padahal ancaman hukuman terhadap pelanggaran tersebut bisa mencapai 10 tahun penjara. Achmad Santosa melihat ada indikasi praktik mafia hukum atas kasus ini.(JUM)

TEMPAT WISATA DI TANA TORAJA

Lemo

Lemo adalah tempat pekuburan dinding berbatu dan patung-patung (tau-tau). Jumlah lubang batu kuno ada 75 buah dan tau-tau yang tegak berdiri sejumlah 40 buah sebagai lambang-lambang prestise, status, peran dan kedudukan para bangsawan di desa Lemo. Di beri nama Lemo oleh karena model liang batu ini ada yang menyerupai jeruk bundar dan berbintik-bintik.
Sejak tahun 1960, objek wisata ini telah ramai di kunjungi para wisatawan asing dan wisatawan nusantara.Pengunjung dapat pula melepaskan keinginannya dan membelanjakan dolarnya, euronya atau rupiahnya pada kios-kios souvenir. Ataukah berjalan-jalan sekitar objek menyaksikan buah-buah pangi yang ranum kecoklatan, yang siap diolah dan dimakan sebagai makanan khas suku Toraja yang di sebut "Pantollo Pamarrasan". Selamat menikmati.


KAMBIRA ( KUBURAN BAYI / PASSILLIRAN )

Seseorang yang belum tembuh gigi apabila meninggal dunia akan dikuburkan ke dalam sebatang pohon kayu yang hidup dari jenis pohon kayu Tarra'. Kayu yang digunakan dilokasi ini telah berumur sekitar ± 300 tahun yang lalu.
Proses pelaksanaan pekuburan sejenis ini mengenal tahap-tahap sebagai berikut:
1. Bayi yang meninggal dibalut dengan kain putih yang pernah dipakai dalam keadaan dipangku.
2. Kemudian keluarga memberi tanda pada pohon kayu yang hendak digunakan sebagai kuburan (ma'tanda kayu).
3. Membuat lubang dengan ketentuan tidak boleh berhadapan dengan rumah kediamannya.
4. Mempersiapkan penutup kubur dari bahan pelepah enau (kulimbang ijuk).
5. Membuat tana' (pasak) karurung dari ijuk sesuai tingkatan strata sosialnya.12 tana' karurung bagi tingkatan bangsawan.8 tana' karurung bagi tingkatan menengah.6 tana' karurung bagi tingkatan bawah.
6. Ma'kadende' yaitu membuat tali ijuk sebelum jenasah dibawa ke kuburan, seekor babi jantan hitam dipotong/disembelih di halaman rumah duka, kemudian dibawa ke kuburan dengan diusung.Setibanya di kuburan babi/daging tersebut dimasak dalam bambu/dipiong, tanpa diberi garam atau bumbu lainnya setelah semua itu siap mayat dibawah ke kuburan dengan syarat sebagai berikut:
• Dibawa dalam posisi dipangku.
• Pengantar mayat baik laki-laki maupun perempuan harus berselubung kain.
• Dilarang berbicara, menoleh ke kiri atau ke kanan maupun ke belakang.
• Setibanya jenasah di pekuburan penjemput jenasah turun dari tangga lalu mengambil, mengangkat, dan memasukkan jenasah ke dalam lubang kayu dalam posisi berlutut menghadap keluar.
• Kemudian kubur itu ditutup dengan kulimbang di tana' /dipasak sesuai dengan statusnya dan sesudah ini dilapisi dengan ijuk dan diikat dengan kadende' (tali ijuk).
• Sepanjang kegiatan tersebut di atas, seluruh orang yang hadir dilarang berbicara, nanti setelah ma'taletek pa'piong (membelah bambu berisi daging yang sudah masak) berarti orang sudah boleh berbicara dan orang yang berada diatas tangga sudah boleh turun.


LONDA

Sama dengan Lemo, Londa adalah tempat pekuburan dinding berbatu dan patung-patung (tau-tau). Di dalamnya terdapat gua dengan banyak tengkorak kepala manusia. Objek wisata Londa yang berada di desa Sandan Uai Kecamatan Sanggalangi' dengan jarak 7 km dari kota Rantepao, arah ke selatan, adalah kuburan alam purba. Gua yang tergantung itu, menyimpan misteri yakni erong puluhan banyaknya, dan penuh berisikan tulang dan tengkorak para leluhur, tau-tau. Tau-tau adalah pertanda bahwa telah sekian banyak putra-putra Toraja terbaik telah dimakamkan melalui upacara adat tertinggi di wilayah Tallulolo. Gua-gua alam ini penuh dengan panorama yang menakjubkan ± 1.000 m jauh kedalam, dapat dinikmati dengan petunjuk guide yang sudah terlatih dan profesional.
Kuburan alam purba ini dilengkapi dengan sebuah "Benteng Pertahanan". Patabang Bunga yang bernama Tarangenge, yang terletak di atas punggung gua alam ini. Objek ini sangat mudah dikunjungi, oleh karena sarana dan prasarana jalannya baik. Satu hal perlu diingat bahwa seseorang yang berkunjung ke objek ini, wajib memohon izin dengan membawa sirih pinang, atau kembang. Sangat tabu/pemali (dilarang keras) untuk mengambil atau memindahkan tulang, tengkorak, atau mayat yang ada dalam gua ini.



TAMPANG ALLO (burial cave)

Sejarah singkat objek wisata Tampang Allo (atau Tampangallo) ini merupakan sebuah kuburan gua alam yang terletak di Kelurahan Kaero Kecamatan Sangalla' dan berisikan puluhan erong, puluhan tau-tau dan ratusan tengkorak dan tulang belulang manusia.
Pada sekitar abad ke 16 oleh penguasa Sangalla' dalam hal ini Sang Puang Manturino bersama istrinya Rangga Bulaan memilih Gua Tampang Allo sebagai tempat pemakamannya kelak jika mereka meninggal dunia. Demikianlah Rangga Bulaan si gadis cantik, asuhan sang kera, meninggal lebih dahulu dan jenazahnya dimasukkan ke dalam Erong serta diletakkan dalam gua Tampang Allo. Sedangkan Sang Puang Manturino pada saat meninggal Erongnya ditempatkan pada pemakaman Losso' yang letaknya tidak jauh dari Tampang Allo. Entah bagaimana kemudian erong Sang Puang ternyata kosong. Sedangkan jenasahnya telah bersatu dengan jenazah istrinya di Tampang Allo. Lama setelah Sang Puang dan istrinya Rangga Bulaan meninggal dunia pusaka kerajaan yang disebut Bakasiroe' diambil alih oleh Puang Musu' sebagai penguasa Tongkonan Puang Kalosi.
Pada masa itu juga Tana Toraja yang dikenal sebagai Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berada dalam kekacauan akibat serangan dari kerajaan Bone. Terjadi juga peperangan antara daerah/ masyarakat setempat dan tentara Bone membantu salah satunya dan akibat yang kalah perang dirampas sawah dan kekayaannya serta orang-orangnya dikirim ke Madan dan ke daerah Bugis.
Puang Musu' membawa pusaka Baka Siroe' mengungsi ke Madan dan sewaktu Puang ini menyeberang sungai Sa'dan dan salah seorang yang bernama Karasiak membunuh Puang Musu' dan merampas Baka Siroe'. Keturunan Puang Musu' selalu berusaha dengan cara apapun untuk mengembalikan pusaka Baka Siroe' ke tempatnya semula pada tahun 1934, terjadilah perdamaian antara Puang Musu' dengan keturunan Karasiak melalui perkawinan. Kemudian dengan lahirnya anak di pari tanga, Pusaka Baka Siroe' diberikan kepada anak tersebut untuk menyimpan dan memeliharanya.
Demikian juga tempat pemakaman mereka kelak disepakati di Gua Tampang Allo sebagai perwujudan perjanjian dan sumpah suami istri yaitu "sehidup semati satu kubur kita berdua"


SUAYA...KUBURAN RAJA-RAJA SANGNGALLA'

Kuburan berada di salah satu sisi dari bukit. Dipahat sebagai tempat beristirahat dari tujuh raja dan keluarga kerajaan Sangalla. Tau-tau dari Raja-raja dan keluarga raja berpakaian sesuai dengan pakaian adat raja Toraja di tempatkan dimuka kuburan batu. tangga batu tersedia untuk naik ke bukit dimana raja dikala hidupnya digunakan untuk bersepi-sepi, ditempat itu akan dibuat museum untuk menempatkan harta kekayaan dari raja-raja Sangalla.


KE'TE KESU'

Ke'te' Kesu' adalah objek wisata yang sudah populer sejak tahun 1979 terletak dikampung Bonoran yang berjarak 4 km dari Kota Rantepao, telah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya dengan nomor; registrasi 290 yang perlu dilestarikan/ dilindungi. Objek wisata ini sangat menarik, oleh karena memiliki suatu kompleks perumahan adat Toraja yang masih asli, yang terdiri dari beberapa Tongkonan, lengkap dengan Alang Sura' (lumbung padinya). Tongkonan tersebut dari leluhur Puang ri Kesu' di fungsikan sebagai tempat bermusyawarah, mengelolah, menetapkan dan melaksanakan aturan-aturan adat, baik aluk maupun pemali yang digunakan sebagai aturan hidup dan bermasyarakat di daerah Kesu', dan juga di seluruh Tana Toraja, yang disebut aluk Sanda Pitunna (7777).
Objek wisata ini dilengkapi pula dengan areal; upacara pemakaman (rante), kuburan (liang) purba dan makam-makam modern, namun tetap berbentuk motif khas Toraja, pemukiman, perkebunan dan persawahan yang cantik dan menyejukkan hati. Sekaligus para pengunjung dapat menyaksikan seni ukir Toraja di lokasi ini.


LO'KO MATA

Lo'ko Mata mengambil posisi di lerang gunung Sesean pada ketinggian ± 1.400 m di atas permukaan laut. Suatu tempat yang sangat menawan, fantastik dan bila seseorang datang dan menyaksikan serta merenungkan ciptaan ini rasa kangen pasti ada. Selain itu anda dapat menyaksikan panorama alam yang sangat indah dan deru arus sungai di bawah kaki kuburan alam ini. Yang terletak di desa Pangden ± 30 km dari kota Rantepao.
Nama Lo'ko' Mata diberi kemudian oleh karena batu alam yang dipahat ini menyerupai kepala manusia, tetapi sebenarnya liang Lo'ko' Mata sebelumnya bernama Dassi Dewata atau Burung Dewa, oleh karena liang ini ditempati bertengger dan bersarang jenis-jenis burung yang indah-indah warna bulunya, dengan suara yang sangat mengasyikkan tetapi kadang-kadang menakutkan.
Pada abad ke 14 (1480) datanglah pemuda Kiding memahat batu raksasa ini untuk makam mertuanya yang bernama Pong Raga dan Randa Tasik (I) selanjutnya pada abad 16 tahun 1675 lubang rang ke II dipahat oleh Kombong dan Lembang. Dan pada abad ke 17 lubang yang ke III dibuat oleh Rubak dan Datu Bua'. Liang pahat ini tetap digunakan sampai saat ini saat kita telah memasuki abad ke XX (milenium III). Luas areal objek wisata. Lo'ko' Mata ± 1 ha dan semua lubang yang ada sekitar 60 buah.



PANGLI, PATANE PONG MASSANGKA

( Statue of the murderer Pong Massangka, the man who killedA. A. van de Loosdrecht, the first missionary in Tana Toraja)...

Patane (kuburan dari kayu berbentuk rumah Toraja) dibangun pada tahun 1930. Untuk seorang janda yang bernama Palindatu yang meninggal pada tahun 1920 dan diupacarakan secara adat Toraja tertinggi yang disebut Rapasan sapu randanan. Palindatu dikawini oleh seorang putra bernama Tangkeallo dan melahirkan beberapa anak. Salah satu anaknya yang bungsu bernama Semba' alias Pong Massangka dengan gelar Ne' Babu' oleh kematian misionaris belanda Arie van de Loosdrecht di Rante Dengen Bori' pada tanggal 27 Desember 1917, maka Pong Massangka alias Ne' Babu' salah satu yang tertuduh sehingga dihukum buang ke Bogor / Nusa Kambangan dan dikembalikan pada tahun 1930 ke Tana Toraja dan meninggal dunia pada tahun 1960 dalam usia 120 tahun (lahir 1840).
Mayat Pong Massangka dengan gelar Ne' Babu' disemayamkan dalam patane ini dan tau-taunya yang terbuat dari batu yang dipahat siap menanti kunjungan anda.


Obyek Wisata di Daerah Tana Toraja

Tidak perlu diragukan lagi bahwa Tana Toraja adalah salah satu daerah Tujuan Wisata di Indonesia yang sangat mempesona. Di sepanjang perjalanan menuju TATOR ( singkatan dari Tana Toraja ), banyak bukit-bukit yang bergerigi dari pengunungan yang berjejer di utara sampai di kejauhan yang bening Menembus celah bambu dan pohon aren yang pipih diatas bukit kecil di tengah sawah. Keunikan atap rumah Toraja yang melengkung dengan khas berdiri mendemonstrasikan kecakapan yang mengagumkan dari orang Toraja dalam keahlian mengukir dengan warna lukisan yang alami.
Sebelum Belanda menguasai daratan ketinggian ini pada abad ke-20 M tidak ada satu kata pun yang diberikan kepada nama dari agama mereka selain ada kata "aluk" yang mengaju kepada suatu kebiasaan ritual dan masalah kehidupan sehari-hari yang harus dikendalikan, seperti ; cara adat sebuah rumah dibangun, beras dimasak, anak-anak dan kepala desa disapa, berapa jumlah kerbau yang harus dikorbankan di upacara adat kematian, kapan dimulai dan sebagainya.
Salah satu dari dasar ajaran selalu ada adalah saling memberi dan menerima antar mereka. Anugrah dan kutukan selalu terjadi antar yang hidup dengan spirit dari nenek moyang mereka.
Upacara kematian adalah upacara yang paling bergengsi di dalam tradisi orang Toraja. Tana Toraja mempunyai banyak atraksi untuk wisatawan. Didaerah pengunungan yang sejuk ini ( ketinggian kurang lebih 800 - 1000 meter diatas permukaan laut ), pemandangan yang khusus, para pengrajin harmonis dengan keheningan dan keindahan yang alami. Walaupun lebih dari setengah penduduk telah memeluk agama Kristen, mereka tetap berbangga dengan warisan kebudayaan nenek moyang mereka. Dan senantiasa ramah menerima para wisatawan dengan upacara ritualnya.
Posted by RheindRheind at 9:58 AM


Tempat wisata di Tana Toraja 2

MARANTE

Pada mulanya Desa Tondon lasim disebut Mesa' Ba'bana Tondon A’pa' Tepona Padang, yaitu Tondok Batu Siba'ta Kondo' dan Langi'. Sangpulo dua Karopi'na itulah Desa Tondon, yang dipimpin oleh dua pemangku adat yang lazim disebut Toparenge', yaitu Marante dan Barang Bua'.
Fungsi Toparenge' disini adalah memimpin segala kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat baik itu upacara pesta syukur (Rambu Tuka') maupun upacara pesta pemakaman (Rambu Solo'), juga penentu kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam masyarakat.
Seiring dengan kemajuan pembangunan dan terpilihnya Tana Toraja sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Sejak itu juga Marante terpilih sebagai salah satu objek wisata yang ada di Tana Toraja, karena Marante mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak pada jalan poros dari Makassar ke Palopo dan letaknya tidak jauh dari kota Rantepao yang jaraknya kira-kira 4 km. Disamping itu Marante mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing yang datang berkunjung ke Marante, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara/domestik.
Objek wisata Marante memiliki banyak daya tarik peninggalan-peninggalan kuno yaitu berupa;
- Rumah adat (tongkonan)
- Patung-patung (tau-tau)
- Erong- Kuburan batu/liang pahat
- Patane (kuburan kayu)
Dan masih banyak lagi pemandangan yang bisa memikat hati wisatawan.
Demikianlah sekelumit sejarah singkat dan daya tarik objek wisata Marante.Tau-tau adalah patung yang menggambarkan si mati. Pada pemakaman golongan bangsawan atau penguasa / pemimpin masyarakat muka salah satu unsur Rapasan (pelengkap upacara acara adat), ialah pembuatan tau-tau. Tau-tau ini dibuat dari kayu nangka yang kuat yang pada saat penebangannya dilakukan secara adat. Mata yang hitam dibuat dari tulang dan tanduk kerbau. Tau-tau tersebut diatas terdapat di Toraja yakni tempat pekuburan di dinding berbatu.


BORI

Objek wisata utama adalah rante (tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan seratus buah menhir / megalit), dalam bahasa Toraja disebut simbuang batu. Seratus dua (102) batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama. Penyebab perbedaan adalah situasi dan kondisi pada saat pembuatan / pengambilan batu, misalnya; masalah waktu, kemampuan biaya dan situasi pada masa kemasyarakatan.
Megalit / simbuang batu hanya diadakan bila seorang pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya dilaksanakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).
Pada tahun 1657 Rante Kalimbuang mulai digunakan pada Upacara Pemakaman Ne'Ramba' dimana 100 ekor kerbau dikorbankan dan didirikan dua simbuang batu. Selanjutnya pada tahun 1807 pada acara pemakaman Tonapa Ne'Padda' didirikan 5 buah simbuang batu, sedang kerbau yang dikorbankan sebanyak 200 ekor. Ne'Lunde yang pada upacaranya dikorbankan lebih dari 100 ekor kerbau didirikan 3 buah Simbuang Batu.
Selanjutnya berturut-turut sejak tahun 1907, banyak Simbuang Batu didirikan dalam ukuran besar, sedang, kecil dan secara khusus pada pemakaman almarhumah Lai Datu (Ne' Kase') pada tahun 1935 didirikan satu buah simbuang batu yang terbesar dan tertinggi. Simbuang batu yang terakhir adalah pada upacara pemakaman almarhum Sa'pang (Ne'Lai) pada tahun 1962.
Dalam kompleks Rante Kalimbuang tersebut terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan upacara pemakaman yaitu:
Lakkian yaitu persemayaman jenazah selama upacara dilaksanakan di Rante. Balakkayan yaitu panggung tempat membagi daging secara adat. Sarigan yaitu usungan jenasah. Langi' yaitu bangunan induk menaungi sarigan. Liang Pa' / kuburan batu yang dipahat.


BATUTUMONGA

Berlokasi di daerah Sesean yang beriklim dingin, sekitar 1300 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini terdapat 56 menhir batu dalam sebuah lingkaran dengan lima pohon kayu ditengahnya. kebanyakan dari betu menhir itu berukuran dua sampai tiga meter tingginya. Pemandangan yang sangat mempesona di atas Rantepao dan lembah disekitarnya, dapat dilihat dari tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi.

PALAWA'

Dahulu kala seorang lelaki dari Gunung Sesean bernama "Tomadao" bertualang. Dalam petualangannya ia bertemu dengan seorang gadis dari gunung Tibembeng bernama "Tallo Mangka Kalena". Mereka kemudian menikah dan bermukim di sebelah timur desa Palawa' sekarang ini yang bernama Kulambu. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki bernama Datu Muane' yang kemudian menikahi seorang wanita bernama Lai Rangri'. Kemudian mereka beranak pinak dan mendirikan sebuah kampung yang sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan. Apabila ada peperangan antara kampung dan ada lawan yang menyerang dan dikalahkan/dibunuh, maka darahnya diminum dan dagingnya dicincang dan disebut Pa'lawak.
Pada pertengahan abad ke 11 berdasarkan musyawarah adat disepakati mengganti nama Pa'lawak menjadi Palawa'. Palawa' sebagai suatu kompleks perumahan adat. Dan bukan lagi daging manusia yang dimakan, tetapi diganti dgn ayam, dan disebut Pa'lawa' manuk. Keturuan Datu Muane secara berturut-turut membangun tongkonan di Palawa'. Sekarang ini terdapat sebelas tongkonan (rumah adat) yang urutannya sebagai berikut (dihitung dari sebelah barat):
1. Tongkonan Salassa' dibangun oleh Salassa'
2. Tongkonan Buntu dibangun oleh Ne' Tatan
3. Tongkonan Ne' Niro dibangun oleh Patangke dan Sampe Bungin
4. Tongkonan Ne' Darre dibangun oleh Ne' Matasik
5. Tongkonan Ne' Sapea dibangun oleh Ne' Sapiah
6. Tongkonan Katile dibangun oleh Ne' Pipe
7. Tongkonan Ne' Malle dibangun oleh Ne' Malle
8. Tongkonan Sasana Budaya dibangun oleh Ne' Malle
9. Tongkonan Bamba II dibangun oleh Patampang
10. Tongkonan Ne' Babu' dibangun oleh Ne' Babu'
11. Tongkonan Bamba I dibangun oleh Ne' Ta'pare
Sebagaimana layaknya tongkonan di Tana Toraja, maka tongkonan Palawa' juga memiliki rante yang disebut Rante Pa'padanunan dan liang tua (kuburan batu) di Tiro Allo dan Kamandi. Selain Tongkonan juga dibangun lumbung atau alang sura' (tempat menyimpan padi) sebanyak 5 buah.


LOMBOK PARINDING

Kuburan Erong Lombok Parinding adalah merupakan salah satu objek wisata yang menarik karena mempunyai daya tarik tersendiri seperti Erong yang unik dan antik, yang terletak di Dusun Parinding Matampu Kecamatan Sesean, kurang lebih 7 km dari kota Rantepao ke utara.
Lombok Parinding pertama kali ditempati oleh salah seorang yang bernama Tomangli anak dari suami istri Bongga Tonapo dan Datu Banua sekaligus cucu dari suami istri Palairan dan Patodemmanik dan disitulah mereka menetap mendirikan rumah sambil bertani-sawah.
Selanjutnya Tomangli melahirkan 8 orang dan anak Tomangli berkembang biak sampai sekarang (keturunan yang ke 7).
Melihat dan memperhatikan serta menghitung-hitung umur dan kuburan erong Lombok Parinding mulai dari ke 8 orang anak-anak Tomongli sudah berumur kurang lebih 700 tahun.
Demikianlah sejarah singkat kuburan erong Lombok Parinding. Semoga sejarah singkat ini dapat bermanfaat bagi wisatawan dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi.


BUNTU PUNE

Objek wisata Buntu Pune terletak ± 3 km arah selatan jurusan Ke'te' Kesu', Buntu Pune adalah salah satu pemukiman yang dibangun oleh Pong Maramba' disekitar tahun 1880 dan merupakan pusat pemerintahannya setelah menjadi Parengnge' di wilayah Kesu' dan Tikala. Pada lokasi tersebut terdapat beberapa lumbung dan tongkonan yang dipindahkan dari daerah perbukitan dan lereng-lereng gunung batu oleh generasi berikutnya serta dibangun bertipe pemukiman orang Toraja zaman dulu yang bernuansa exklusif, sukar dicapai musuh karena pos-pos pengintaian yang berlapis-lapis serta didukung oleh situasi alam di sekitarnya.
Buntu Pune didukung oleh latar belakang batu cadas dimana pada dinding-dinding batu tersebut terdapat gua-gua alam yang juga dimanfaatkan untuk kuburan-kuburan leluhur. Dengan demikian kita banyak menjumpai erong (peti mayat purba) di dalam liang-liang tersebut. Di lokasi tersebut terdapat juga patane (kuburan dari semen) di puncak gunung batu yang dibuat sekitar tahun 1918 dan sampai saat ini masih digunakan.
Buntu Pune sampai sekarang masih terpelihara dengan baik dan termasuk salah satu situs peninggalan sejarah dan kepurbakalaan pada suaka peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi Selatan dan Tenggara.


TO'BARANA' SA'DAN

Di lokasi To'Barana pada mulanya dilili' atau dibentuk oleh nenek moyang keluarga To'Barana' yang bernama Langi' Para'pak yang dijadikan perkampungan keluarga yang luasnya kira-kira 300 x 150 meter dan mendirikan sebuah rumah tongkonan keluarga yang dinamai tongkonan To'Barana'. Dibaharui oleh leluhur To'Barana' bernama Puang Pong Labba kira-kira dua abad yang lalu dan kemudian dibaharui pula oleh keluarga Puang Pong Padata pada tahun 1959, dimana lokasi dan rumah tongkonan tersebut diwariskan kepada turun temurunnya sampai dewasa ini dan sudah menjadi objek wisata pertenunan asli.
Lokasi tersebut di pinggir sungai Sa'dan dan dikelilingi sungai Sa'dan yang berbentuk huruf "S" itulah sebabnya To'Barana' adalah pusat Sa'dan.
Posted by RheindRheind at 11:39 PM


Tarian (Tari Pa' Gellu')

Lakon Ritual Aluk Todolo dalam menunaikan aturan keagamaan yang berwujud pada pemujaan terhadap Puang Matua, Deata maupun To Mambali Puang, banyak dimanifestasikan dalam bentuk seni tradisional seperti seni tari, seni suara, seni musik, seni sastra tutur, seni ukir dan seni pahat.
Kesenian yang diapresiasikan senantiasa berkaitan dengan Aluk Rambu Tuka' dan Aluk Rambu Solo'. Pada umumnya jenis-jenis kesenian yang dipentaskan secara khusus untuk masing-masing kegiatan ritual adat, baik Rambu Tuka' maupun Rambu Solo'. Namun ada juga jenis kesenian yang dipentaskan pada kedua jenis ritual. Jenis kesenian tersebut disebut Ada' Basse Bubung, yaitu kesenian yang boleh dipentaskan pada upacara kegembiraan Aluk Rampe Matallo maupun pada acara kedukaan Aluk Rampe Matampu'.
Hampir semua ragam seni yang dipentaskan merupakan perpaduan beberapa ragam seni, seperti perpaduan antara seni suara dengan seni tari, seni tari dengan seni musik, atau seni suara dengan seni musik. Jenis kesenian yang telah dikembangkan dalam budaya masyarakat Tana Toraja antara lain : Tarian Ma'gellu awalnya dikembangkan di Distrik Pangalla' kurang lebih 45 km ke arah Timur dari kota Rantepao dan biasanya dipentaskan pada upacara khusus yang disebut Ma'Bua', yang berkaitan dengan upacara pentasbihan Rumah adat Toraja/Tongkonan, atau keluarga penghuni tersebut telah melaksanakan upacara Rambu Solo' yang sangat besar (Rapasaan Sapu Randanan).
Saat ini tarian Ma'gellu' sering juga dipertunjukkan pada upacara kegembiraan seperti pesta perkawinan, syukuran panen, dan acara penerimaan tamu terhormat. Tarian ini dilakukan oleh remaja putri dengan jumlah ganjil dan diiringi irama gendang yang ditabuh oleh remaja putra yang berjumlah empat orang. Busana serta aksesoris yang digunakan adalah khusus untuk penari dengan perhiasan yang terbuat dari emas dan perak seperti Keris Emas/Sarapang Bulawan, Kandaure, Sa'pi' Ulu', Tali Tarrung, Bulu Bawan, Rara', Mastura, Manikkata, Oran-oran, Lola' Pali' Gaapong, Komba Boko' dan lain-lainnya.
Tarian Boneballa'/Ondo Samalele' sama seperti tarian Ma'gellu' tarian ini juga termasuk jenis tari kegembiraan yang biasanya dipentaskan dalam upacara syukuran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, rasa syukur atas keberhasilan/ kesuksesan keluarga besar dalam menyelesaikan pembangunan kembali (rehabilitasi atau restorasi) tongkonannya. Upacara ini biasanya disebut Merok, biasa juga dikaitkan dengan selesainya suatu keluarga menyelenggarakan upacara Rambu Solo' yang besar mangrapai'/sapu randanan.
Bone Balla' ditarikan oleh kaum wanita dan remaja putri yang adalah keluarga yang berasal dari tongkonan itu. Tarian ini diiringi dengan tabuhan gendang yang iramanya dikenal dengan sebutan Oni Tumburaka dan Oni Tuntunpitu. Tarian Boneballa' juga selalu diiringi dengan lirik lagu yang disebut Passengo/syair-syair pemujaan kepada Tuhan. Pakaian dari penari juga khusus dan memakai perhiasan yang sama dengan tari Ma'gellu' namun lebih dilengkapi lagi dengan hiasan : Sissin Ake', Tida-tida, Dodo Tannung Pamiring, Bayu Paruki' dan Passapu. Tari Boneballa' ditutup dengan tari massal yang diikuti dengan puluhan keluarga.

Tarian Pa' Gellu' Pangala' adalah salah satu tarian tradisional dari Tana Toraja yang dipentaskan pada acara pesta "Rambu Tuka" juga tarian ini ditampilkan untuk menyambut para patriot atau pahlawan yang kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan. Tetapi tarian ini tabu atau pamali dipentaskan pada acara "Rambu Solo".
Posted by RheindRheind at 6:45 PM


Tongkonan ( Rumah Adat Toraja )

konon bentuk tongkonan menyerupai perahu kerajaan Cina jaman dahulu
Terik sinar matahari terasa semakin menyengat mata pada saat dipantulkan oleh papan berwarna merah yang menopang sebuah bangunan dengan bentuknya bak perahu kerajaan cina, guratan pisau rajut merajut di atas papan benwarna merah membentuk ukiran sebagai pertanda status sosial pemilik bangunan, ditambah lagi oleh deretan tanduk kerbau yang terpasang/digantung di depan rumah, semakin menambah keunikan bangunan yang terbuat dari kayu tersebut. Bentuk bangunan unik yang dapat dijumpai dihampir setiap pekarangan rumah masyarakat Toraja ini, lebih dikenal dengan sebutan nama Tongkonan.
Konon kata Tongkonan berasal dari istilah "tongkon" yang berarti duduk, dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja. Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi, antara lain: pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan peraturan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan stabilisator sosial.
Oleh karena Tongkonan mempunyai kewajiban sosial dan budaya yang juga bertingkat-tingkat dimasyarakat, maka dikenal beberapa jenis tongkonan, antara lain yaitu Tongkonan Layuk atau Tongkonan Pesio' Aluk, yaitu Tongkonan tempat menciptakan dan menyusun aturan-aturan sosial keagamaan.
Tongkonan Pekaindoran atau Pekamberan atau Tongkonan kaparengngesan yaitu Tongkonan yang satu ini berfungsi sebagai tempat pengurus atau pengatur pemerintahan adat, berdasarkan aturan dari Tongkonan Pesio' Aluk.
Tongkonan Batu A'riri yang berfungsi sebagai tongkonan penunjang. Tongkonan ini yang mengatur dan berperan dalam membina persatuan keluarga serta membina warisan tongkonan. Tongkonan merupakan peninggalan yang harus dan selalu dilestarikan, hampir seluruh Tongkonan di Tana Toraja sangat menarik untuk dikunjungi sehingga bisa mengetahui sejauh mana adat istiadat masyarakat Toraja, serta banyak sudah Tongkonan yang menjadi objek wisata.
Tongkonan Marimbunna
Tongkonan tersebut terletak dikelurahan Tikala, sekitar 6 Km arah utara Rantepao. Marimbunna, merupakan nama dari orang pertama yang datang di daerah ini. Mempunyai daya tarik berupa peninggalan-peninggalan Marimbunna, yaitu: rumah sekaligus tempat mandi yang letaknya berada di atas karang, liang batu yang proses pembuatannya dipahat dengan menggunakan kayu serta ada juga kuburan Marimbunna yang diukir berbentuk perahu dan kerbau berdiri. Di sini kita juga dapat menjumpai jasad Marinbunna, yang tinggal tulangnya saja namun rambutnya tetap menempel di dahinya.
Benteng Batu
Benteng Batu adalah nama perkampungan asli orang Baruppu. Perkampungan ini terletak di Kecamatan Rindingallo, dengan jarak kurang lebih 50 Km arah utara Rantepao, didaerah ini seluruh wilayahnya dikelilingi oleh tebing. Sehingga otomatis keberadaannya terisolir dari dunia luar, untuk dapat masuk ke daerah tersebut hanya bisa melewati satu jalan yakni sebuah lorong batu yang memiliki daya tarik tersendiri. Tebing-tebing yang mengeliligi daerah ini masing-masing diberi nama, antara lain: Tebing batu, Kavu Angin dan Benteng Saji. Selain penah dipakai untuk benteng pertahanan melawan Belanda, di tebing-tebing tersebut, terdapat kuburan dalam bentuk liang pahat maupun gua alam yang ada jasadnya. Pada setiap tahunnya, diadakan prosesi ritual penggantian pakaian jenazah yang disebut dengan to'ma' nene.
Tongkonan Bate-Banbalu
Tongkonan Bate-Bambalu terletak di Kecamatan Sa'dan Balusu, dengan jarak tempuh sekitar 2,5 Km arah timur Palopo. Didirikan sekitar abad X Masehi dan merupakan tongkonan tertua di daerah tersebut. Didirikan oleh seorang yang bernama Tanditonda, yang merupakan nenek moyang penduduk disana. Mitos yang ada menyebutkan bahwa Tanditonda adalah orang yang kaya akan kerbau dan gemar minum susu kerbau, hingga suatu saat susu-susu kerbaunya hilang dicuri orang, yang ternyata kelak si pencuri itu menjadi istrinya.
Sebelum menikah dengan perempuan yang bernama Manurun Di Batara tersebut, mereka membuat kesepakatan bahwa Tangditonda tidak boleh memukul istrinya. Namun suatu saat janji itu dilanggarnya, istrinya yang sebenarnya dewa itu akhirnya meninggalkannya menuju langit, jalan lewat pelangi, dengan meninggalkan rumah tongkonannya, dan juga tenun yang belum selesai.
Tongkonan Siguntu'
Tongkonan Siguntu' terletak di Dusun Kadundung, Desa Nonongan Kecamatan Sanggalangi'. Dengan jarak sekitar 5 Km dari kota Rantepao, tongkonan yang unik ini dibangun oleh Pongtanditulaan. Keberadaannya yang di atas sebuah bukit menyajikan pemandangan alam yang indah mempesona, dengan dikelilingi hamparan sawah pada bagian timur serta tebing-tebing bukit Buntu Tabang, dengan keberadaan seperti ini membuat tongkonan nampak megah serasi bersatu dengan alam disekitarnya.
Tongkonan Lingkasaile-Beloraya
Tongkonan Lingkasaile adalah tongkonan yang pertama kali di daerah ini. Dibangun di kawasan Desa Balusu, 14 Km dari Rantepao, pendirinya bernama Takke Buku, keturunan Polo Padang dan Puang Gading. Tongkonan yang sudah ditumbuhi tanaman paku diatapnya ini, masih menyimpan perabot rumah tangga tempo dulu.
Selain itu, tongkonan ini punya daya pikat khusus, yaitu di percaya, bila kita lewat pasti ingin menolehnya kembali. Oleh karena itulah tongkonan ini disebut dengan Lingkasaile-Beloraya, lingka sendiri berarti langkah, sedangkan Beloraya berarti menoleh kembali. Takke Buku memiliki/menyandang gelar Puang Takke Buku, beliau hidup kurang lebih pada abad ke-10. Selain Tongkonan Lengkasaile yang dibangun, ia juga membuat kuburan Bagi keluarganya yang disebut Liang Sanda Madao dan Rante Tendan yang digunakan tempat upacara pemakaman.
Tongkonan Rantewai
Tongkonan Rantewai atau Tongkonan Ranteuai, ini dibangun oleh sepasang suami istri bernama To welai Langi'na dan Tasik Rante Manurun. Didirikan sekitar abad XVII, Tongkonan ini memiliki simbol kepemimpinan, yakni tergambar pada patung kayu yang berbentuk "kepalanaga" sebanyak delapan buah. Pada tahun 1917, Seluruh peninggalan mengenai bukti perjuangan dalam mempertahankan tanah air bisa kita dapatkan di rumah adat Tongkonan Kollo-kollo ini.


Tongkonan Penanian

Suatu nama yang manis, oleh karena "Penanian" dalam bahasa Toraja, berarti sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang, untuk dibaca dan dinyanyikan. Tongkonan ini terletak sekitar 14 Km arah timur kota Rantepao. Tongkonan Penanian mempunyai daya tarik keindahan tersendiri. Dengan menyajikan pemandangan serta tata letak deretan lumbung padi atau Alangsura' yang berjajar rapi dan antik. Lumbung-lumbung padi ini dibangun oleh Kepala Distrik Nanggala bernama Siambe Salurapa' yang juga sebelumnya sebagai pemangku adat dalam daerah Nanggala dan sekitarnya.
Tongkonan Layuk Pattan
Tongkonan layuk pattan, terletak di desa ulusalu, sekitar 18 Km dari kota Makale. Di bawah kepemimpinan Ma'dika, pemimpin tertinggi desa ini, para generasi maupun leluhur desa senantiasa melaksanakan upacara adat rambu tuka' atau ma'bua' ditongkonan tersebut. Selain itu, tongkonan Layuk Pattan juga berfungsi sebagai tempat musyawarah aluk atau adat, yang lebih dikenal dengan istilah tondok panglisan aluk, tempat pemerintahan juga sebagai tempat pengadilan adat.
Tongkonan Layuk Pattan didirikan oleh Kala' pada kira-kira abad XIV, beragam peninggalan sejarah yang dapat disaksikan disini. Selain Tau-tau berjumlah 130 buah, tempat upacara adat Rante, monumen batu menhir, juga barang pusaka lainnya seperti mawa', keris dan tombak. Desa ini juga dilengkapi dengan sebuah Benteng yang kokoh, belum pernah terkalahkan oleh musuh pada jaman dulu kala yaitu Benteng Boronan.
Perumahan Adat Palawa'
Dahulu kala ada seorang lelaki dari Gunung Sesean bernama "Tomadao" berpetualang. Dalam petualangannya ia bertemu dengan seorang gadis dari gunung Tibembeng bernama "Tallo' Mangka Kalena". Mereka kemudian menikah dan bermukim disebelah timur "desa Palawa" dan sekarang ini bernama Kulambu. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki bernama Datu Muane' yang kemudian menikahi seorang wanita bernama Lai Rangri'. Kemudian mereka beranak pinak dan mendirikan sebuah kampung yang sekaligus berfungsi sebagai Benteng Pertahanan.
Ada sebuah tradisi disaat peperangan terjadi antar kampung/musuh, jika ada lawan yang menyerang dan bisa dikalahkan atau dibunuh, maka darahnya diminum dan dagingnya dicincang, tradisi ini disebut Pa'lawak. Pada pertengahan abad XI, berdasarkan musyawarah adat disepakati, mengganti nama Pa' lawak menjadi Palawa', sebagai suatu kompleks perumahan adat. Dan bukan lagi daging manusia yang dimakan, tetapi diganti dengan ayam dan disebut Palawa' manuk. Keturunan Datu Muane secara berturut-turut membangun tongkonan di Palawa'. Sekarang ini terdapat 11 buah tongkonan (rumah adat) yang urutannya sebagai berikut (dihitung mulai dari arah sebelah barat):
1. Tongkonan Salassa' dibangun oleh Salassa';
2. Tongkonan Buntu dibangun oleh Ne'Tatan
3. Tongkonan Ne'Niro dibangun olek Patangke dan Sampe Bungin
4. Tongkonan Ne'Dane dibangun oleh Ne'Matasik
5. Tongkonan Ne'Sapea dibangun oleh Ne'Sapeah
6. Tongkonan Katile dibangun oleh Ne'PipeTongkonan Ne'Malle dibangun oleh Ne'Malle
7. Tongkonan Sasana Budaya dibangun oleh Ne'Malle
8. Tongkonan Bamba II dibangun oleh Patampang
9. Tongkonan Ne'Babu dibangun oleh Ne'Babu'
10. Tongkonan Bamba I dibangun oleh Ne'Ta'pare.
Tongkonan Palawa' juga memiliki Rante yang disebut Rante Pa'padanunan dan Liang Tua (Kuburan Batu) di Tiro Allo dan Kamandi, selain tongkonan juga dibangun lumbung atau alang sura' tempat menyimpan padi.
Tongkonan Unnoni
Unnoni artinya, "Berbunyi dan bergabung keseluruh penjuru". Nama ini membawa nama harum bagi keturunan leluhur dari Tongkonan Unnoni, sebab beberapa turunan dari tongkonan ini menjadi Kepala Distrik yang sekaligus dilantik sebagai puang (golongan bangsawan tertinggi), di wilayah Sa'dan Balisu desa paling utara Tana Toraja. Puang, sekaligus sebagai to Parengnge' yakni sebagai pemimpin adat dan pemimpin rakyat.
Turunan yang berasal dari tongkonan Unnoni antara lain ne' Tongongan, Puang ne'Menteng, Puang Bulo', Puang Pong Sitemme', Puang Ponglabba, Puang Ne' Matandung dan terakhir Puang Duma'Bulo' . Tongkonan Unnoni melahirkan atau erat hubunganya dengan Tongkonan Belo' Sa'dan, Tongkonan Rea, Tongkonan Buntu Lobo' dan Tongkonan Pambalan. Generasi Tongkonan Unnoni merupakan generasi yang pandai menenun . Istri para pemimpin dari masing-masing Tongkonan inilah yang memiliki ketrampilan menenun secara tradisional (tenun ukir). Cara menenun ini, oleh istri pemimpin diajarkan pada rakyatnya, hingga sekarang dan dapat dilestarikan.
Proses menenun Tenun Paruki' inilah, yang dipertontonkan di Tongkonan Unnoni, mulai dari cara merendam benang sampai bisa jadi selembar kain tenun yang terukir cantik dan indah, dalam ukiran motif Toraja melalui sembilan tahapan.
Tongkonan Layukna Galuga Dua dan Pertenunan Asli Sangkombang.
Tongkonan Layukna Galuga Dua merupakan salah satu tongkonan yang dijadikan pengadilan, selain digunakan untuk pengadilan terhadap pelanggaran adat yang menjadi tanggung jawab To'Perengnge, juga merupakan pusat musyawarah para pemimpin keluarga dari Tongkonan Galuga dua untuk menentukan suatu rencana.
Terletak sekitar 12 Km, arah utara dari Rantepao, Tongkonan Layukna Puang Galuga Dua; ini dibangun pada tahun 1189 oleh kedua putra Galuga. Dari kedua putranya ini, masing-masing membangun Tongkonan yaitu Tongkonan Papabannu' dari putra pertama dan Banau Sura' dari putra keduanya. Tongkonan Layukna Galuga selain tongkonan keluarga Galuga Dua juga merupakan pusat pertenunan dengan bebagai motif sesuai dengan kebutuhan adat dan ciri khas budaya Toraja.
Macam-macam motif tenunan adalah: Tenunan Pamiring khusus untuk sarung perempuan,Tenunan Sappa khusus untuk celana laki-laki, Tenunan Paramba' khusus untuk selimut, Tenunan Paruki' khusus taplak meja dan dekorasi atau hiasan dinding, tenunan Lando khusus tombi untuk pesta untuk pesta rambu solo' atau sapu randanan.


To'Barana Sa'Dan dan Pertenunan Asli Toraja

Sa'dan artinya air atau batang air, To'Barana artinya tempat beringin atau pohon beringin, To' Barana merupakan tempat pengampunan masyarakat Sa'dan dahulu kala apabila masyarakat menghadapi sesuatu kesulitan. Lokasi To'Barana pada mulanya dibentuk oleh nenek moyang keluarga To Barana yang bernama Langi' para'pak. Pada lokasi ini dijadikan perkampungan tongkonan to'Barana. Kemudian, tongkonan ini mengalami renovasi/dibaharui oleh leluhur To'Barana' bernama Puang Pong Labba. Kira- kira dua abad yang lalu dan kemudian mengalami renovasi lagi oleh keluarga Puang Pong Padati pada tahun 1959.
Lokasi dan rumah tongkonan yang diwariskan secara turun temurun kepada generasinya ini selain sebagi tongkonan juga sebagi pusat pertenunan asli Toraja. Para wanita di sini memiliki ketrampilan pandai menenun, karena sejak kecil telah diajarkan oleh orang tuanya. Bahan baku dari bahan tenunan asli di Sa'dan adalah benang kapas yang dipintal kemudian ditenun, seiring dengan perkembangan jaman saat ini tenun sa'dan sudah mulai menciptakan bemacam-macam motif tenun.
Perumahan asli BALIK SALUALLO SANGNGALLA', Balik Saluallo, objek yang juga tidak ketinggalan memiliki beberapa keunggulan atau keunikan tersendiri. Buburan sebagai tempat persembahan masyarakat Toraja yang masih memeluk agama Aluk Todolo (Ancester believe) dilokasi ini untuk memohon hujan pada saat musim kemarau dengan melakukan persembahan pemotongan hewan.
Pata' Padang; sebagai tempat awal bermusyawarah dan bermufakat bagi leluhur Toraja (pemimpin-pemimpin) dari seluruh pelosok di daerah Tondok Lelongan Bulan Tana Matarik Allo (Tana Toraja) untuk memutuskan/ menyatakan strategy melawan serangan dari luar daerah antara lain dari Bone.

Pemimpinnya adalah seorang yang pintar, bijaksana, gagah berani, yang bernama "Tumbang Datu" sekilas pintas otobiografi dari "Tumbang Datu", salah satu generasi dari Tongkonan balik yang memiliki daya pikat tersendiri sebagai berikut: Tumbang Datu sebagai koordinator dalam sejarah Topadatindo yang pernah mengatur strategy untuk melawan musuh yang dating dari Bone. Dan Tumbang Datu selalu berhasil mengalahkan lawannya. Tenyata Tumbang Datu adalah salah seorang leluhur dari Tongkonan Balik yang memiliki kharisma tersendiri. Kepandaiannya dapat dibuktikan mengalahkan Datu Luwu beberapa kali dalam kompetisi-kompetisi keterampilan seperti: mempertandingkan ayam. Ayam siapa yang paling banyak berbunyi.
Datu Luwu menyiapkan ayam jantan besar, yang hanya sekali-sekali berbunyi. Sedang Tumbang Datu menyiapkan anak-anak ayam yang baru dipisahkan dari induknya. Ternyata ayam dari Tumbang Datu lebih banyak berbunyi dan malah berbunyi terus menerus sangat ramai. Jadi Datu Luwu' merasa kalah. Dan banyak lagi, cerita yang unik yang bisa anda dengar dan terima dari objek wisata Tongkonan Balik Saluallo, yang bemilai kejujuran dan keadilan.

Posted by RheindRheind at 6:15 PM


Potensi Pariwisata

Alam Tana Toraja sangat indah, sehingga dijuluki objek wisata primadona, untuk di Sulawesi Selatan dan Indonesia bagian Timur. Julukan ini pantas karena Tana Toraja sejak tahun 1960 telah dikenal oleh para tourist di berbagai manca negara. Keindahan alam ini dilengkapi dengan :
• Tradisi budaya unik dan menarik
• Panorama yang indah dan udara yang sejuk
• Kesenian dan kerajinan home industry yang antik dan berarsitektur tinggi
• Keramahtamahan penduduk yang sudah populer, dan
• Keamanan yang terjamin
Faktor-faktor tersebut di atas yang sangat digemari oleh para tourist sehingga bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di Tana Toraja dapat melaksanakan usaha :
• Trekking di wilayah yang sejuk di pegunungan
• Rafting di sungai-sungai (sungai Ma'iting), Ma'dong, Sa'dan dan Maulu')
• Wisata alam (Tirotasik, Nanggala)
• Restoran Fast Food (di Makale dan Rantepao)
• Gantole (di Gunung Sopai, Ge'tengan, Ge'tengan, Sesean dan lain-lain)
• Agrowisata (Dende', Bolokan, Baruppu')
Istilah yang sering dijumpai pada objek wisata Tana Toraja :
• Tongkonan : Perkampungan tradisional
• Rante : Lapangan tempat upacara pemakaman
• Simbuang : Tanda upacara tertinggi dalam pesta adat Rambu Solo'
• Liang Lo'ko' : Kuburan dalam gua alam
• Erong : Kuburan kuno dalam kayu dekoratif
• Liang paa' : Kuburan batu pahat
• Patane : Kuburan berbentuk bangunan rumah
• Liang Pia/Passilirian : Kuburan pada pohon hidup untuk bayi yang masih belum tumbuh gigi

Jenis-jenis objek wisata di Kab. Tana Toraja
Wisata Budaya
Upacara Rambu Tuka’
Upacara Rambu Solo’
Rumah Adat/Perkampungan/Tongkonan
Pertenunan
Kuburan Alam
Kuburan Kayu/Erong
Kuburan Batu/Pahat
Kuburan tergantung
Dll

Wisata Alam
Arung Jeram
Panorama Alam
Permandian Air Panas
Air Terjun
Panjat Tebing
Dll
Wisata Agro
Perkebunan Kopi Arabika
Processing Copy Arabica
Hutan Wisata
Wisata Sejarah
Benteng Pongtiku
Kuburan Pongtiku
Kuburan bayi Mummi
Museum Mini
Kuburan Pongmasangka
Posted by RheindRheind at 6:10 PM


Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Alam adalah karunia Tuhan yang dapat dikelola untuk kesejahteraan manusia. Namun telah terbukti bahwa alam kita khususnya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unreneable resources ) akhir - akhir ini telah mengalami degradasi kualitas maupun fungsinya, sehingga berdampak pada menurunnya kemampuan alam dalam mendukung kebutuhan pembangunan, bahkan cenderung mengancam kehidupan biota yang rentan terhadap perubahan fngkungan fisik.
Kondisi tofografi Tana Toraja yang didominasi oleh bukit dan gunung, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat (yang mayoritas memanfaatkan alam sebagai sumber penghidupan) dalam mengelola sumber daya alam yang sekaligus memelihara kelestarian fungsinya, lemahnya partisipasi lembaga masyarakat lokal dalam perencanaan, pengelolaan dan pengawasan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta belum optimalnya perangkat kebijakan dan peraturan yang melindungi pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lestari dan berkeadilan, merupakan akumulasi faktor yang mempercepat penurunan kualitas dan fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Letak geografis Tana Toraja pada sentral Sulawesi Selatan bagian Utara akan menyebabkan ikut sertanya Daerah lain di sekitar (Luwu, Luwu Utara, Enrekang, Pinrang, Sidrap, Majene, Polmas, dan Mamuju) dalam merasakan dampak degradasi alam ini. Untuk itu, pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup di Tana Toraja perlu melibatkan daerah sekitar dalam hal kontribusi kebijakan dan retribusi pengelolaan dan pemeliharaan. Pembangunan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dengan tetap memelihara keseimbangan antara kesejahteraan masyarakat setempat dengan kualitas dan fungsi lingkungan sesuai standar mutu yang telah di tetapkan.
Posted by RheindRheind at 11:38 AM


Sosial Budaya

Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara adalah lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dimana 28,98% penduduk yang mengalami gangguan kesehatan dan 31,99% dari balita yang tidak pernah mendapatkan lmunisasi. Status gizi dan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal karena masih adanya kesenian, kebudayaan tradisional, peninggalan purbakala yang masih terpendam serta obyek-obyek wisata yang belum termanfaatkan, masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olah raga dan masih rendahnya prestasi olah raga. Permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah dimanfaatkan dalam GBHN 2001 - 2005.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran serta masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antar sektor dan antar lembaga.
Adapun peluang yang dapat diraih adalah kesadaran masyarakat akan hidup sehat, ditetapkannya Tana Toraja sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata, tersedianya potensi generasi muda yang berkualitas, tingginya semangat olah raga di kalangan generasi muda, perhatian terhadap gender dan adanya budaya kerja keras dari kaum wanita.

Kesehatan dan Kesejahtaraan Sosial

Meningkatkan Kualitas / Derajat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan dengan pendekatan paradigma sehat yang berwawasan kesejahteraan. Meningkatkan kualitas pelayanan serta sarana dan prasarana kesehatan. Meningkatkan fungsi dan peranan lembaga - lembaga pemerintahan masyarakat dalam rangka kepedulian pelayanan sosial. Mengupayakan kesadaran rasa memiliki, menjaga dan memelillara pasilitas yang ada. Kebudayaan, kesenian dan Pariwisata, Menggali, merumuskan dan mengembangkan nilai - nilai budaya dan adat istiadat dalam rangka memberikan rujukan nilai terhadap perilaku kehidupan dan peningkatan budaya masyarakat. Mengembangkan dan menimbah kualitas kebudayaan daerah yang bersumber dari warisan leluhur.
Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai - nilai dan budaya luar untuk menghadapi tantangan pembangunan daerah di masa depan. Memantapkan peranan lembaga - lembaga adat dan kesenian dalam rangka mengembangkan dan melestarikan apresiasi nilai - nilai kesenian tradisional.
Menjadikan kebudayaan dan kesenian tradisional sebagai wahana pembangunan dan pengembangan pariwisata. Memantapkan pembangunan dan pengembangan pariwisata melalui upaya - upaya ekstensifikasi, intensifikasi, serta diversivikasi obyek dan daya tarik wisata dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pelaku pariwisata dalam rangka pelayanan prima kepariwisataan. Menciptakan kemudahan - kemudahan dan suasana kondusif untuk menjalin kerjasama dengan pihak luar atas prinsip saling menguntungkan. Meningkatkan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam menunjang pembangunan dan pengembangan pariwisata. Menciptakan suasana yang aman bagi wisatawan baik dari mancanegara maupun domestik.


Pemuda dan Olah Raga

Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan segenap potensi, bakat dan minat yang di miliki menuju terciptanya generasi muda yang berkualitas. Menumbuh kembangkan budaya olah raga guna meningkatkan kualitas manusia sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik. Mendorong tumbuhnya semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda. Memberdayakan organisasi kepemudaan dalam upaya melindungi segenap generasi muda dari bahaya desktruktif terutama bahaya penyakit menular dan penyalahgunaan narkoba.
Meningkatkan fasilitas dan pembinaan minat serta bakat olah raga demi tercapainya sasaran prestasi yang membanggakan.

Pemberdayaan Perempuan

Meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan di segala bidang. Meningkatkan kualitas dan kemandirian perempuan melalui pemberdayaan organisasi perempuan dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya, etika, moral dan agama. Meningkatkan penegakan hukum dan penghormatan terhadap harkat dan martabat perempuan dalam segala aspek pembangunan.

Geografis

Tana Toraja adalah sebuah nama daerah dengan status Daerah Tingkat II di kawasan Prop. Sulawesi Selatan, terbentang mulai dari Km.280 s/d Km.355 dari sebelah utara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar.) Tepatnya pada 2° - 3° LS dan 199° - 120° BT, dengan luas sekitar 3.205,77 Km2 atau sekitar 5% dari luas Prop. Sulawesi Selatan.
Tana Toraja berbatasan dengan wilayah:
Sebelah utara: Kabupaten Mamuju dan Kab. Luwu
Sebelah timur: Kab. Luwu
Sebelah Selatan: Kab. Enrekang dan Kab. Pinrang
Sebelah Barat: Kab. Polewali Mamasa

Kondisi Topografi daerah Tana Toraja berada di daerah pegunungan, berbukit dan berlembah; terdiri dari 40% pegunungan dengan memiliki ketinggian antara 150 m s/d 3.083 m diatas permukaan laut (dataran tinggi 20%, dataran rendah 38%, rawa rawa dan sungai 2%), dengan perincian sebagai berikut: 18.425 Ha pada ketinggian 150 - 500 M = 5,80 %143.314 Ha pada ketinggian 501 - 1000 M = 44,70 %118.330 Ha pada ketinggian 1000-2000 M = 36,90 %40.508 Ha ketinggian lebih dari 2000 M = 12,60%

Bagian terendah Kabupaten Tana Toraja berada di kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan bagian tertinggi berada di kecamatan Rindinggallo, dengan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15° c - 28°c dengan kelembaban udara antara 82-86%. Curah Hujan : 1500 mm/tahun s.d lebih dari 3500 mm/tahun.

Keadaan Geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak dipengaruhi oleh formasi bebatuan dari Gunung Latimojong yang mencakup luas wilayah sekitar 1.565,69 ha atau 48,84% yang terdiri dari jenis bebatuan soprin coklat kemerah-merahan, soprin napalan abu-abu, Batu Gamping dan Batu Pasir kwarsit serta Gradorir Diorir dan lain sebagainya.
Jenis tanah berupa : Tanah Alluvial Kelabu, Brown Forest, Mediteran, dan Podsolit Merah Kuning.
Panorama indah gunung-gunung, hutan dan sungai yang bersumber dari mata air pegunungan membasahi persawahan menandakan Kabupaten Tana Toraja merupakan daerah Agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencarian di sektor Perkebunan dan Pertanian, yang didukung oleh kondisi tanah yang subur untuk tanaman musiman seperti buah-buahan dan sayur-mayur serta jenis tanaman keras seperti cengkeh, coklat, vanili, lada dan kopi.


Hutan

Hutan di Tana Toraja yang membentang hijau mulai dari Utara sampai ke Selatan berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir ataupun sebagai hidrologi tercatat seluas 156.906 ha terdiri dari hutan lindung 138.101 ha dan hutan produksi 18,805 ha. Sektor kehutanan ini sangat memungkinkan untuk pengembangan menjadi hutan wisata sebagai salah satu paket ekowisata/ekotourisme.

Menurut klasifikasi fungsi hutan, maka di Tana Toraja terdapat beberapa kawasan hutan yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan wisata, yaitu: Kawasan Hutan wisata Nanggala dibagian Utara/Timur, Kawasan Hutan Wisata Mapongka di iselatan, Kawasan Hutan Wisata Messila di Barat serta Kawasan Hutan Rakyat yang tersebar diseantero kabupaten Tana Tnraja yang belum digunakan secara maksimal hingga saat ini.

Prospek hutan ini sangat menjanjikan untuk dijadikan kawasan wisata alam, seperti Trekking, kemping (bumi perkemahan), maupun ekowisata, sehingga dalam pengembangannya tidak perlu merusak lingkungan/ekosistem yang ada bahkan bisa ditingkatkan sebagai kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup.


SUNGAI

Keberadaan sungai di Tana Toraja sangat potensial untuk dikembangkan bagi kepentingan pariwisata tirta dan alam, selain airnya yang jernih juga memiliki alur Sungai yang sangat menarik dan menantang. Sehingga sungai di Tana Toraja sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai sarana wisata Tirta/alam dan Rafting (Arung Jeram). Sungai yang teridentifikasi potensi wisata adalah Sungai Sa'dan, Sungai Mai'ting, Sungai Saluputti, Sungai Maulu, Sungai Toriu, Sungai Sarambu.

FLORA dan FAUNA


Jenis Flora yang ada di kabupaten Tana Toraja adalah Flora Endemik dan Flora hasil budidaya. Flora Eademik antara lain uru, nato buangin, enau dan berbagai jenis bambu, kopi arabika dan terung toraja. Sedangkan Flora yang dibudidayakan antara lain cemara, padi, ubi kayu, markisa, kentang, tomat, bawang, kubis, cengkeh, kakao, dan lain-lain. Kedua jenis Flora yang ada tersebut sangat berpotensi serta memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, misalnya: kopi jenis arabika, bambu dan buah markisa.

Adapun faunanya yang dapat ditemui antara lain musang, anoa. kuskus, babi hutan, rusa, kerbau, berbagai jenis burung seperti burung hantu, gagak, ranggong, bangau dan lain lain.
Posted by RheindRheind at 12:57 AM


Sejarah Tana Toraja

ASAL MASYARAKAT TANA TORAJA ...

Konon, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana, mitos yang tetap melegenda turun temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja ini menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan "tangga dari langit" untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa).

Lain lagi versi dari DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk (lokal/pribumi) yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Cina). Proses akulturasi antara kedua masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indo Cina dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut.

Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan dari luwu. Orang Sidendreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebuatn To Riaja yang mengandung arti "Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan", sedang orang Luwu menyebutnya To Riajang yang artinya adalah "orang yang berdiam di sebelah barat". Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja.


Sejarah Aluk

Konon manusia yang turun ke bumi, telah dibekali dengan aturan keagamaan yang disebut aluk. Aluk merupakan aturan keagamaan yang menjadi sumber dari budaya dan pandangan hidup leluhur suku Toraja yang mengandung nilai-nilai religius yang mengarahkan pola-pola tingkah laku hidup dan ritual suku Toraja untuk mengabdi kepada Puang Matua.

Cerita tentang perkembangan dan penyebaran Aluk terjadi dalam lima tahap, yakni:
1. Tipamulanna Aluk ditampa dao langi' yakni permulaan penciptaan Aluk diatas langit.
2. Mendemme' di kapadanganna yakni Aluk diturunkan kebumi oleh Puang Buru Langi' dirura.
Kedua tahapan ini lebih merupakan mitos. Dalam penelitian pada hakekatnya aluk merupakan budaya/aturan hidup yang dibawa kaum imigran dari dataran Indo Cina pada sekitar 3000 tahun sampai 500 tahun sebelum masehi.
Beberapa Tokoh penting dalam penyebaran aluk, antara lain: Tomanurun Tambora Langi' adalah pembawa aluk Sanda Saratu' yang mengikat penganutnya dalam daerah terbatas yakni wilayah Tallu Lembangna.
Selain daripada itu terdapat Aluk Sanda Pitunna disebarluaskan oleh tiga tokoh, yaitu : Pongkapadang bersama Burake Tattiu' menuju bagian barat Tana Toraja yakni ke Bonggakaradeng, sebagian Saluputti, Simbuang sampai pada Pitu Ulunna Salu Karua Ba'bana Minanga, derngan membawa pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja "To Unnirui' suke pa'pa, to ungkandei kandian saratu yakni pranata sosial yang tidak mengenal strata.
Kemudian Pasontik bersama Burake Tambolang menuju ke daerah-daerah sebelahtimur Tana Toraja, yaitu daerah Pitung Pananaian, Rantebua, Tangdu, Ranteballa, Ta'bi, Tabang, Maindo sampai ke Luwu Selatan dan Utara dengan membawa pranata sosial yang disebut dalam bahasa Toraja : "To Unnirui' suke dibonga, To unkandei kandean pindan", yaitu pranata sosial yang menyusun tata kehidupan masyarakat dalam tiga strata sosial.
Tangdilino bersama Burake Tangngana ke daerah bagian tengah Tana Toraja dengan membawa pranata sosial "To unniru'i suke dibonga, To ungkandei kandean pindan", Tangdilino diketahui menikah dua kali, yaitu dengan Buen Manik, perkawinan ini membuahkan delapan anak. Perkawinan Tangdilino dengan Salle Bi'ti dari Makale membuahkan seorang anak. Kesembilan anak Tangdilino tersebar keberbagai daerah, yaitu Pabane menuju Kesu', Parange menuju Buntao', Pasontik ke Pantilang, Pote'Malla ke Rongkong (Luwu), Bobolangi menuju Pitu Ulunna Salu Karua Ba'bana Minanga, Bue ke daerah Duri, Bangkudu Ma'dandan ke Bala (Mangkendek), Sirrang ke Dangle.

Itulah yang membuat seluruh Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' Allo diikat oleh salah satu aturan yang dikenal dengan nama Tondok Lepongan Bulan Tana Matari' Allo arti harfiahnya adalah "Negri yang bulat seperti bulan danMatahari". Nama ini mempunyai latar belakang yang bermakna, persekutuan negeri sebagai satu kesatuan yang bulat dari berbagai daerah adat. Ini dikarenakan Tana Toraja tidak pernah diperintah oleh seorang penguasa tunggal, tetapi wilayah daerahnya terdiri dari kelompok adat yang diperintah oleh masing-masing pemangku adat dan ada sekitar 32 pemangku adat di Toraja. Karena perserikatan dan kesatuan kelompok adat tersebut, maka diberilah nama perserikatan bundar atau bulat yang terikat dalam satu pandangan hidup dan keyakinan sebagai pengikat seluruh daerah dan kelompok adat tersebut.
Posted by RheindRheind at 10:54 PM

PROFIL SINGKAT KOMUNITAS ADAT "PATONGLOAN" MASSENREMPULU, KAB. ENREKANG

Secara administrativ komunitas Adat Patongloan berada dalam wilayah paling utara kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, oleh karena itu komunitas Adat Patongloan masuk dalam PD Aman Massenrempulu, Enrekang, Sulawesi Selatan namun demikian komunitas Adat Patongloan adalah suku Toraja asli. Batas wilayah Adat Patongloan, antara lain:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Komunitas Adat Tangsa dan Kabupaten Tana Toraja
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Benteng Alla
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Alla dan Kabupaten Tana Toraja
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Komunitas Adat Rano, Tana Toraja
Jarak wilayah Adat Patongloan dari ibukota kecamatan sekitar 5 KM dan jarak dari ibukota kabupaten sekitar 35 Km. Jumlah penduduk komunitas Adat Patongloan sekitar 1500 KK.
Secara umum mata pencaharian masyarakat Adat Patongloan adalah petani, kisarannya sekitar 90% dan selebihnya adalah PNS, pedagang, TNI/PolRi. Pengelolaan sumber daya alam (tanah, air) dilakukan secara tradisional (sebahagian kecil) dan sebahagian yang lain secara modern (menggunakan traktor untuk membajak tanah, pupuk dan pestisida sintetis/non organik untuk tanaman)
Sistem kearifan lokal/tradisional sebahagian masih dipertahankan, misalnya dalam hal tanaman obat, waktu untuk memulai musim tanam baik lahan kering maupun lahan basah, pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan (pemali) dan masih ada sebahagian kecil masyarakat komunitas yang masih melakukan ritual-ritual di tempat-tempat yang dikeramatkan walaupun mereka sudah memeluk agama yang diakui oleh negara.
Pengelolaan hutan adat dilakukan secara tradisional yang peruntukannya sebagai tempat menanam komoditi perkebunan seperti kopi, kakao dan cengkeh dengan tetap mempertahankan species asli dari hutan tersebut, kecuali yang digunakan oleh masyarakat adat sebagai bahan bangunan dan kayu bakar, namun demikian cara mengambilnya tidak membabat habis tapi diambil sesuai kebutuhan.
Komunitas Adat Patongloan memiliki tempat bersejarah yang terkenal yaitu Benteng Alla yang merupakan benteng pertahanan dan saksi sejarah perjuangan masyarakat Adat Patongloan dalam melawan penjajahan Belanda, di benteng tersebut terdapat kuburan-kuburan batu (liang) yang sudah sangat tua dan menjadi tempat persemayaman nenek moyang masyarakat Adat Patongloan.

POTENSI SUMBERDAYA ALAM "PATONGLOAN"

Komunitas adat Patongloan berada pada wilayah paling utara dalam administrasi Kecamatan Baroko, Kab. Enrekang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Patongloan berada sekitar 30 km dari ibukota kabupaten Enrekang dan sekitar 300 km dari Makassar ibukota Propinsi Sulawesi-Selatan. Secara tofografi wilayah adat Patongloan berada pada ketinggian 700 sd 1500 m dpl dengan relif wilayah pegunungan dengan iklim yang dingin dan sejuk. Tingkat kesuburan tanah sangat bagus yang memungkinkan daerah ini sangat potensial untuk mengembangkan komoditi pertanian,hal ini ditunjang oleh sebagian besar masyarakat adatnya bermata pencaharian sebagai petani, terutama tanaman perkebunan, hortikultura dan padi (dalam jumlah yang sedikit). Desa Patongloan dan beberapa desa yang ada pada wilayah Kecamatan Baroko dan Kecamatan Alla merupakan pensuplai terbesar untuk kebutuhan sayur-sayuran di sebagian besar wilayah Indonesia Timur, khususnya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur.
Jenis komoditi yang dikembangkan masyarakat adalah Kopi, Cengkeh, Kakao, sayur-sayuran dan padi (dalam jumlah yang kecil).Khusus untuk tanaman perkebunan musim panennya berlangsung sekali dalam satu tahun, berbeda dengan tanaman hortikultura (sayur-sayuran) yang panen setiap tiga bulan sekali atau bahkan kurang dari itu, sementara untuk tanaman padi bisa diusahakan dua kali dalam setahun dengan masa panen empat bulan sekali tetapi sangat tergantung pada keadaan cuaca karena merupakan sawah tadah hujan jadi harus menunggu musim hujan. Pengelolaan pertanian dilakukan dengan cara semi modern yang mana sebagian besar secara modern dan sebagian yang lain secara tradisional, secara modern dapat dilihat dari segi penggunaan alat-alat pertanian seperti traktor, pestisida sintetik, pupuk kimia dalam jumlah yang berlebihan, bibit hibrida dari DepTan, sementara pengelolaan secara tradisional dilihat dari penggunaan pupuk kandang (kotoran ternak) dan pelestarian komoditi lokal. Hasil yang diperoleh sangat melimpah (kopi dan sayur-sayuran) sehingga masyarakat membutuhkan penanganan yang tepat khususnya dalam hal pemasaran.
Pemerintah Kab. Enrekang telah menyiapkan pasar khusus untuk penjualan hasil komoditi dari petani (Terminal Regional Agribisnis, Sudu, Kab. Enrekang) tetapi petani mengeluhkan kondisi pasar tersebut terutama terhadap pedagang yang seenaknya sendiri mematok harga yang sangat tidak sesuai dengan keinginan petani dan bahkan harga yang dipatok tersebut seringkali sangat jauh dibawah standar dari harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, sehingga petani merasa sangat dirugikan. Ada juga beberapa pedagang yang langsung datang ke petani untuk membeli hasil komoditinya tapi tetap memasang harga dibawah standar dengan alasan harus memperhitungkan biaya pengangkutan. Kondisi semacam ini sangat memberatkan masyarakat mengingat besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses mulai dari pengolahan tanah sampai panen tetapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena kebijakan yang tidak berpihak kepada mereka.